Facebook : Tasawuf Djawa
Syekh 'Izuddin Ibn 'Abdissalam, ulama tasawuf yang diagungkan, tidak hanya berpangku tangan asyik dengan dirinya sendiri, melainkan sangat peduli terhadap kehidupan masyarakat, sampai-sampai berfatwa: "Wajib menangkap raja-raja Mamaluk yang berkhianat kepada kaum muslimin, rakyat mereka sendiri".
Bukan seperti gambaran salah sebagaimana halnya kisah para Raja tempo dulu, seorang Raja, seorang Kepala Negara, seorang Presiden atau Perdana Menteri dengan jajaran Kabinetnya di era globalisasi sekarang ini, adalah pelayan rakyatnya.
Sesungguhnya sejak awal peradaban Islam, Kanjeng Nabi Muhammad Saw dan empat Khalifah sesudahnya, sudah memberikan teladan bagaimana seorang pemimpin harus memberikan contoh hidup sederhana dan melayani rakyatnya.
Mereka tidur di atas selembar tikar yang kasar, berpakaian dengan hanya dua atau tiga jubah yang dipakai bergantian dan harus ditambal di sana-sini, serta makan hanya dengan roti yang terbuat dari tepung kasar sebagaimana rakyat kebanyakan waktu itu. Bahkan Umar memanggul sendiri serta memasakkan roti untuk rakyatnya yang dijumpainya hidup dalam kemiskinan, sebagai bentuk hukuman terhadap dirinya sendiri.
Kemiskinan menurut Khalifah Ali , “ seandainya itu berupa manusia maka akan kubunuh dia”. Seorang Pemimpin yang hidup bergelimang kemewahan sementara banyak rakyatnya yang masih hidup dalam kubangan kemiskinan, apalagi membuat kebijakan-kebijakan yang mengakibatkan kesengsaraan rakyat, sama dengan berlaku tidak adil alias zolim. Sedangkan ketidakadilan ataupun kezoliman haruslah dilawan, jika perlu diperangi.
Maasyaa Allaahu la quwwata illaa billaah.
Syekh 'Izuddin Ibn 'Abdissalam, ulama tasawuf yang diagungkan, tidak hanya berpangku tangan asyik dengan dirinya sendiri, melainkan sangat peduli terhadap kehidupan masyarakat, sampai-sampai berfatwa: "Wajib menangkap raja-raja Mamaluk yang berkhianat kepada kaum muslimin, rakyat mereka sendiri".
Bukan seperti gambaran salah sebagaimana halnya kisah para Raja tempo dulu, seorang Raja, seorang Kepala Negara, seorang Presiden atau Perdana Menteri dengan jajaran Kabinetnya di era globalisasi sekarang ini, adalah pelayan rakyatnya.
Sesungguhnya sejak awal peradaban Islam, Kanjeng Nabi Muhammad Saw dan empat Khalifah sesudahnya, sudah memberikan teladan bagaimana seorang pemimpin harus memberikan contoh hidup sederhana dan melayani rakyatnya.
Mereka tidur di atas selembar tikar yang kasar, berpakaian dengan hanya dua atau tiga jubah yang dipakai bergantian dan harus ditambal di sana-sini, serta makan hanya dengan roti yang terbuat dari tepung kasar sebagaimana rakyat kebanyakan waktu itu. Bahkan Umar memanggul sendiri serta memasakkan roti untuk rakyatnya yang dijumpainya hidup dalam kemiskinan, sebagai bentuk hukuman terhadap dirinya sendiri.
Kemiskinan menurut Khalifah Ali , “ seandainya itu berupa manusia maka akan kubunuh dia”. Seorang Pemimpin yang hidup bergelimang kemewahan sementara banyak rakyatnya yang masih hidup dalam kubangan kemiskinan, apalagi membuat kebijakan-kebijakan yang mengakibatkan kesengsaraan rakyat, sama dengan berlaku tidak adil alias zolim. Sedangkan ketidakadilan ataupun kezoliman haruslah dilawan, jika perlu diperangi.
Maasyaa Allaahu la quwwata illaa billaah.