KESEDERHANAAN DALAM HITAM PUTIH

Warna secara psikologis punya pengaruh terhadap rasa. Warna-warna tertentu menjadi simbol dari sesuatu. Merah misalnya melambangkan keberanian, hitam melambangkan kemurungan, putih melambangkan kesucian. Warna-warna terang melambangkan keceriaan. Warna hitam putih adalah warna yang menunjukkan kesederhanaan.

Dalam dunia fotografi, warna merupakan salah satu elemen penting dalam membuat suatu karya foto. Menatap karya foto hitam putih, kadang menimbulkan kesan yang lain. Kadang timbul eksotis, mistis, religis dan menunjukkan pernyataan yang lebih bermakna mendalam. Pernyataan Ansel Adam seniman fotografi abad ini "Forget what it looks like. How does is feel?" Menjadi tak berlebihan dalam kontek ini.

Kesederhanaan sebuah kata yang mudah sekali diucapkan tapi sulit untuk dilaksanakan. Dalam kondisi bangsa yang mempunyai utang ribuan trilyun, kesederhanaan menjadi kata kunci yang semestinya dilakukan mulai dari pejabat kelurahan sampai pejabat paling tinggi beserta wakil-wakil rakyatnya. Mereka semestinya bisa menjadi panutan masyarakat.

Apakah mereka bisa menjadi panutan dalam hal kesederhanaan ?....................................................

Justru dalam kehidupan petani, nelayan, buruh, orang yang terpinggirkan kadang kita malah bisa menemukan contoh kesederhanaan.

Bisakah kita berkesederhanaan? .............................

Sabtu, 22 Januari 2011

Pasar Sebagai Lokasi Pemburuan

SUARA PEMBAHARUAN, YUDANTO PRAYITNO

Pasar dan komunitasnya merupakan subjek foto yang cukup lengkap dan menarik. Di dalam pasar kita bisa menemukan bermacam-macam subjek mulai dari manusia, barang dagangan, warna-warni buah, sayuran sampai mungkin bangunan pasar itu sendiri yang unik untuk diabadikan.
Pasar sebagai lokasi berburu foto (hunting) mempunyai daya tarik dan kekuatan tersendiri. Apalagi untuk pasar tradisional yang setiap daerah mempunyai ciri khas. Misalnya untuk pasar di pedesaan Jawa tidak setiap hari buka, maka kita digelitik untuk mengetahui apa dan bagaimana tentang pasar tradisional itu. Ada pasar yang hanya buka pada pasaran Pon, Wage, Kliwon, Legi, atau Pahing saja.
Di pasar tradisional kalau kita beruntung bisa mendapatkan subjek khas daerah. Misalnya pakaian daerah yang dipakai oleh penjual serta pembeli untuk dijadikan subjek foto atau mungkin wajah khas penduduk desa dengan segala macam ekspresinya.
Tidak hanya wajah khas desa, kalau berburu foto di pasar luar pulau atau bahkan luar negeri mungkin kita juga menemukan wajah khas daerah tertentu yang cukup menarik dan fotogenik.
Sebelum berburu foto di pasar sebaiknya kita mengetahui fungsi pasar. Pasar pada hakekatnya adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Ada pasar yang hanya menyediakan satu jenis komoditi, misalnya ikan maka sering pasar ini disebut pasar ikan. Ada pasar sayur, pasar buah, pasar hewan, tetapi ada pula yang menjual bermacam-macam komoditi serta kebutuhan manusia. Dan pasar inilah yang banyak ditemukan di seluruh wilayah Indonesia.

Persiapan Alat
Seperti berburu foto di lokasi manapun, kita memerlukan adanya persiapan alat yang dipakai. Demikian pula bila kita berburu foto di pasar. Paling tidak sehari sebelum berburu foto, alat-alat yang akan dipakai sudah siap dan dicek apakah masih berfungsi baik. Dicek pula baterai kamera, baterai lampu kilat. Kalau perlu baterai diganti yang baru dan membawa baterai sebagai cadangan.
Peralatan berburu foto yang kita punya tidak perlu dibawa semua, bila dibawa semua akan memberatkan waktu pelaksanaan pemotretan. Untuk itu, perlu dipilih peralatan yang sesuai dengan lokasi dan kebutuhan kita saja.
Peralatan minimal adalah kamera SLR dan lensa dengan panjang fokus 50 mm (lensa normal untuk kamera format 35 mm) atau mungkin ditambah lensa zoom 35-105 mm, lampu kilat, tripod, filter dan cable release. 
Film juga diperlukan persiapan lebih banyak (kalau pakai kamera analog) bila berburu di luar kota atau luar negeri yang mungkin belum tentu setahun sekali kita kembali ke lokasi tersebut. Dan yang perlu diperhatikan kondisi dan situasi saat diadakan perburuan foto dengan peralatan memotret itu sendiri.

Lokasi
Lokasi pasar yang belum pernah dikunjungi sebaiknya lebih dahulu kita cari informasi tentang pasar tersebut kepada orang yang lebih mengetahuinya. Atau mungkin melakukan survei untuk mengetahui subjek-subjek foto yang menarik dan yang khas dari pasar tersebut.
Ketika melakukan survei perlu pula diperhatikan kondisi pasar yang menyangkut tentang pencahayaannya. Apakah pasar itu tertutup sehingga matahari tidak banyak masuk atau pasar yang hanya terdiri atap dan tiang-tiang sehingga cahaya matahari bebas menerangi pasar tersebut.
Dengan mengetahui kondisi pencahayaan yang ada disuatu pasar, kita bisa memilih waktu yang tepat untuk berburu foto.
Biasanya berburu foto dilakukan waktu pagi atau sore hari pada saat matahari condong ini dikarenakan supaya antara subjek dan bayangan tidak terlalu kontras serta bisa menimbulkan efek cahaya yang menarik. Bila sampai siang hari baru mendapatkan subjek yang menarik perlu mempertimbangkan alat tambahan untuk mengurangi kontras. Lampu kilat atau reflektor bisa dipakai untuk mengurangi kontras yang berfungsi sebagai cahaya pengisi.

Izin
Yang perlu diperhatikan pada saat pemotretan di pasar, hendaknya meminta izin dahulu terhadap subjek yang akan diabadikan bila subjek berupa manusia. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman. Bila tida diizinkan jangan memaksa untuk mengabadikan, dengan demikian kita juga menghormati hak azasi subjek untuk tidak mau dipotret.
Di pasar sebaiknya kita mengabadikan subjek tanpa perlu diketahui dan diperhatikan banyak orang. Sehingga sebisa mungkin tidak menggunakan lampu kilat karena pancaran lampu kilat akan menarik perhatian khalayak sehingga mungkin akan dikerumuni banyak orang yang mengakibatkan kebebasan gerak kita terganggu.
Bila subjek berupa benda yang dijual hendaknya kita meminta izin kepada penjual dan sedapat mungkin menjelaskan tujuan kita memotret. Jika akan merubah barang dagangan untuk mendapatkan komposisi yang menarik perlu kita meminta izin dan jangan lupa untuk mengembalikan ke posisi semula. Perlu mengucapkan terima kasih karena diizinkan untuk memotret. (Yudanto Prayitno)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar