SUARA PEMBAHARUAN, YUDANTO PRAYITNO
Apa yang terjadi bila di dunia ini tidak ada cahaya matahari, mungkin kehidupan akan terhenti. Cahaya matahari begitu pentingnya di dunia kehidupan baik tumbuhan, hewan serta manusia. Demikian pula di bidang fotografi, begitu pentingnya cahaya untuk menimbulkan gambar pada sebuah film serta pada saat proses pencetakan sebuah film.
Cahaya matahari merupakan sumber utama fotografi sebelum adanya teknologi cahaya buatan. Cahaya matahari yang tampak putih sebenarnya terdiri dari susunan cahaya berwarna yang disebut spektrum. Adanya spektrum ini dibuktikan oleh Isaac Newton pada tahun 1665. Melalui bantuan sebuah prisma Isaac meloloskan seberkas cahaya matahari ke dalam sebuah ruang gelap, maka terurailah berkas cahaya matahari itu menjadi susunan cahaya berwarna. Cahaya tersebut berturut-turut adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru serta ungu.
Daerah cahaya matahari yang dapat dilihat melalui daerah gelombang elektromagnetik adalah 400 nanometer dan 700 nanometer (1nm = 1/1.000.000.000 meter). Inilah cahaya yang dapat dilihat sebagai cahaya putih yang sebenarnya terdiri dari cahaya berwarna atau spektrum.
Mata kita bisa melihat perbedaan panjang gelombang dalam bentuk warna. Cahaya dengan panjang gelombang 350 nm tampak oleh kita sebagai cahaya biru, cahaya dengan panjang gelombang 520 nm sebagai cahaya hijau, dan cahaya dengan panjang gelombang 700 nm sebagai cahaya merah. Bagi seorang pemotret yang perlu diperhatikan dalam memotret yang berhubungan dengan cahaya adalah kecerahan, warna serta arahnya.
Kecerahan cahaya merupakan ukuran kuatnya cahaya (intensitas), dengan memilih kekuatan cahaya maka pemotret bisa mempengaruhi penampilan (kesan) subyeknya pada sebuah karya foto. Cahaya suram yang remang-remang misalnya akan menampakkan rasa penuh rahasia. Ini terlihat bila kita memotret matahari saat terbit maupun tenggelam. Selain kesan, kekuatan cahaya juga berpengaruh terhadap lama atau sebentarnya waktu pencahayaan
Suhu Warna
Warna cahaya sangat berpengaruh pada hasil pemotretan dengan film berwarna. Misalnya kalau kita memotret dengan film berwarna untuk cahaya siang (daylight film) atau film yang dibuat seimbang pada cahaya siang sekitar 5.500 derajat Kelvin, maka hasilnya akan berbeda bila sebagai sumber cahaya adalah matahari dan lampu. Hasil foto selembar kertas putih akan kebiruan bila diterangi dengan cahaya matahari dan kemerahan bila diterangi dengan cahaya lampu. Selain film siang hari film berwarna ada juga untuk cahaya foto 3400 derajat Kelvin dan cahaya lampu tungsten 3200 derajat Kelvin.
Orang yang mula-mula menetapkan satuan ukuran suhu warna adalah Lord Kelvin (1824-1907). Ini didasarkan kenyataan kalau sepotong besi dipanaskan, mula-mula warnanya merah. Makin panas besi itu warnanya berubah menjadi putih, makin panas lagi warnanya menjadi biru. Oleh karena itu satuan suhu warna adalah derajat Kelvin.
Cahaya matahari terbit dang tenggelam mempunyai suhu warna berkisar 2000-2500 derajat Kelvin. Dua jam sesudah matahari terbit dan dua jam sebelum tenggelam mempunyai suhu warna 4500 derajat Kelvin. Tengah hari tepat 5400 derajat Kelvin. Matahari sedikit dilindungi awan 5500-5600 derajat Kelvin. Cuaca cerah langit biru 6000-6500 derajat Kelvin. Langit sangat biru tanpa awan bisa sampai 20000 derajat Kelvin.
Cahaya lampu pijar 100 watt mempunyai suhu warna 2900 derajat Kelvin. Lampu tungsten 3200 derajat Kelvin. Lampu neon (putih-panas) 3700 derajat Kelvin. Lampu kilat elektronik 6000 derajat Kelvin. Makin tinggi derajat Kelvin, makin biru warna cahaya, makin rendah derajat Kelvin makin merah cahaya itu.
Sumber Cahaya
Ada beberapa sumber cahaya yang dapat dipakai dalam dunia fotografi. Pertama cahaya alam (natural light) yang paling baik adalah matahari karena mampu memberikan semua spektrum warna yang diperlukan untuk suatu pencahayaan tertentu yang kita butuhkan. Selain itu film yang umum dipakai dibuat seimbang pada suhu warna siang hari (matahari).
Kedua, cahaya seadanya (available light) merupakan gabungan dari cahaya alami dan cahaya-cahaya lain yang ada disekitar subyek yang akan kita foto. Cahaya tambahan ini bisa merupakan pantulan sinar matahari baik langsung maupun tidak serta cahaya lampu yang ada didalam sebuah ruangan.
Ketiga, sumber cahaya buatan (artificial light) adalah sumber cahaya yang sengaja dibuat, ditata sedemikian rupa sehingga karakteristik sangat mirip dengan sumber cahaya alam. Contoh sumber cahaya buatan adalah lampu kilat (elektronic flash). Jenis lampu kilat ini biasanya berbentuk kecil, mudah dibawa-bawa dan memakai sumber daya baterai.
Lampu kilat ini biasanya hanya mempunyai kekuatan (guide number) GN yang relatif kecil biasanya antara GN 14 sampai GN 60. Sumber cahaya buatan lain adalah studio flash, lampu kilat studio ini memakai sumber daya dari tenaga listrik (PLN), mempunyai kekuatan relatif besar mulai dari GN 45 sampai GN 200.
Ada lagi sumber cahaya buatan yaitu lampu studio (studio lighting). Peralatan ini menggunakan lampu fotografi (photoflood bulb). Kekuatan cahaya yang dihasilkan oleh lampu ini lebih ditentukan oleh besarnya daya (watt) lampu tersebut.
Pencahayaan
Untuk memotret subyek, film harus mendapatkan pencahayaan. Pencahayaan sebenarnya merupakan pengaturan takaran cahaya atau pengaturan banyaknya cahaya pantulan dari subyek yang dipotret yang diperlukan emulsi film untuk dapat merekam subyek dengan baik.
Pengaturan ini dilakukan dengan mengatur bukaan/lubang diafragma dan kecepatan rana yang kita pakai sangat tergantung keadaan cuaca bila kita memotret di luar ruangan (outdoor) atau sumber cahaya buatan yang kita pakai bila memotret di dalam ruangan (studio) serta kecepatan film (ASA/DIN) yang kita pakai.
Takaran cahaya yang akan mengolah emulsi film tidak boleh kelebihan (over) maupun kekurangan (under). Hasil foto bila kelebihan pencahayaan akan terlalu terang, warnanya tipis dan tanpa detail. Sedangkan foto yang kekurangan pencahayaan akan tampak terlalu gelap, warnanya terlalu tebal dan detailnya tertutup.
Usahakan pencahayaan film setepat mungkin meskipun film mempunyai toleransi penyinaran (kesanggupan film menampung kelebihan atau kekurangan pencahayaan tanpa membawa akibat buruk bagi hasil pemotretan). Hal ini perlu supaya diperoleh foto dengan ketebalan dan keseimbangan warna tepat serta jelas semua detailnya.
Pemotretan harus memperhatikan pula arah pencahayaan yang akan menimbulkan efek serta kesan yang berlainan pada karya foto. Ada beberapa kemungkinan pencahayaan bila subyek dipotret dengan sumber matahari menurut posisi subyek terhadap matahari.
Pertama pencahayaan dari depan, arah cahaya matahari yang menerangi subyek datangnya tepat dari depan berarti dari atas belakang si pemotret. Arah cahaya ini akan menerangi subyek secara merata, tidak ada bagian yang gelap, kesan timbul tak tampak (datar) serta tidak memberi rasa tiga dimensi.
Kedua, pencahayaan dari belakang, sumber cahaya tepat di belakang subyek, sehingga belakang subyek itulah yang mendapat cahaya dan bagian depannya tidak tercahayai. Sering pencahayaan belakang dinamakan siluet.
Ketiga, pencahayaan dari samping. Cahaya datangnya tepat dari kanan atau kiri orang yang menghadap lensa kamera. Gambar bagian kiri atau kanan subyek saja yang terang, bagian yang berlawanan menjadi gelap, menimbulkan kontras yang terlalu besar pada gambar foto.
Keempat, pencahayaan lewat bahu si pemotret. Cahaya matahari datangnya dari arah belakang, agak kesamping bahu si pemotret, menghasilkan ada bagian yang banyak mendapat cahaya, ada yang sedang dan ada yang sedikit. Hasil foto akan tampak timbul dan memberi rasa tiga dimensi.
Arah pencahayaan di studio bisa dilakukan secara bottom lighting, back lighting, high 45 lighting, top lighting, side lighting serta front lighting atau kombinasi, artinya cahaya bisa dari beberapa arah. (Yudanto Prayitno)
Apa yang terjadi bila di dunia ini tidak ada cahaya matahari, mungkin kehidupan akan terhenti. Cahaya matahari begitu pentingnya di dunia kehidupan baik tumbuhan, hewan serta manusia. Demikian pula di bidang fotografi, begitu pentingnya cahaya untuk menimbulkan gambar pada sebuah film serta pada saat proses pencetakan sebuah film.
Cahaya matahari merupakan sumber utama fotografi sebelum adanya teknologi cahaya buatan. Cahaya matahari yang tampak putih sebenarnya terdiri dari susunan cahaya berwarna yang disebut spektrum. Adanya spektrum ini dibuktikan oleh Isaac Newton pada tahun 1665. Melalui bantuan sebuah prisma Isaac meloloskan seberkas cahaya matahari ke dalam sebuah ruang gelap, maka terurailah berkas cahaya matahari itu menjadi susunan cahaya berwarna. Cahaya tersebut berturut-turut adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru serta ungu.
Daerah cahaya matahari yang dapat dilihat melalui daerah gelombang elektromagnetik adalah 400 nanometer dan 700 nanometer (1nm = 1/1.000.000.000 meter). Inilah cahaya yang dapat dilihat sebagai cahaya putih yang sebenarnya terdiri dari cahaya berwarna atau spektrum.
Mata kita bisa melihat perbedaan panjang gelombang dalam bentuk warna. Cahaya dengan panjang gelombang 350 nm tampak oleh kita sebagai cahaya biru, cahaya dengan panjang gelombang 520 nm sebagai cahaya hijau, dan cahaya dengan panjang gelombang 700 nm sebagai cahaya merah. Bagi seorang pemotret yang perlu diperhatikan dalam memotret yang berhubungan dengan cahaya adalah kecerahan, warna serta arahnya.
Kecerahan cahaya merupakan ukuran kuatnya cahaya (intensitas), dengan memilih kekuatan cahaya maka pemotret bisa mempengaruhi penampilan (kesan) subyeknya pada sebuah karya foto. Cahaya suram yang remang-remang misalnya akan menampakkan rasa penuh rahasia. Ini terlihat bila kita memotret matahari saat terbit maupun tenggelam. Selain kesan, kekuatan cahaya juga berpengaruh terhadap lama atau sebentarnya waktu pencahayaan
Suhu Warna
Warna cahaya sangat berpengaruh pada hasil pemotretan dengan film berwarna. Misalnya kalau kita memotret dengan film berwarna untuk cahaya siang (daylight film) atau film yang dibuat seimbang pada cahaya siang sekitar 5.500 derajat Kelvin, maka hasilnya akan berbeda bila sebagai sumber cahaya adalah matahari dan lampu. Hasil foto selembar kertas putih akan kebiruan bila diterangi dengan cahaya matahari dan kemerahan bila diterangi dengan cahaya lampu. Selain film siang hari film berwarna ada juga untuk cahaya foto 3400 derajat Kelvin dan cahaya lampu tungsten 3200 derajat Kelvin.
Orang yang mula-mula menetapkan satuan ukuran suhu warna adalah Lord Kelvin (1824-1907). Ini didasarkan kenyataan kalau sepotong besi dipanaskan, mula-mula warnanya merah. Makin panas besi itu warnanya berubah menjadi putih, makin panas lagi warnanya menjadi biru. Oleh karena itu satuan suhu warna adalah derajat Kelvin.
Cahaya matahari terbit dang tenggelam mempunyai suhu warna berkisar 2000-2500 derajat Kelvin. Dua jam sesudah matahari terbit dan dua jam sebelum tenggelam mempunyai suhu warna 4500 derajat Kelvin. Tengah hari tepat 5400 derajat Kelvin. Matahari sedikit dilindungi awan 5500-5600 derajat Kelvin. Cuaca cerah langit biru 6000-6500 derajat Kelvin. Langit sangat biru tanpa awan bisa sampai 20000 derajat Kelvin.
Cahaya lampu pijar 100 watt mempunyai suhu warna 2900 derajat Kelvin. Lampu tungsten 3200 derajat Kelvin. Lampu neon (putih-panas) 3700 derajat Kelvin. Lampu kilat elektronik 6000 derajat Kelvin. Makin tinggi derajat Kelvin, makin biru warna cahaya, makin rendah derajat Kelvin makin merah cahaya itu.
Sumber Cahaya
Ada beberapa sumber cahaya yang dapat dipakai dalam dunia fotografi. Pertama cahaya alam (natural light) yang paling baik adalah matahari karena mampu memberikan semua spektrum warna yang diperlukan untuk suatu pencahayaan tertentu yang kita butuhkan. Selain itu film yang umum dipakai dibuat seimbang pada suhu warna siang hari (matahari).
Kedua, cahaya seadanya (available light) merupakan gabungan dari cahaya alami dan cahaya-cahaya lain yang ada disekitar subyek yang akan kita foto. Cahaya tambahan ini bisa merupakan pantulan sinar matahari baik langsung maupun tidak serta cahaya lampu yang ada didalam sebuah ruangan.
Ketiga, sumber cahaya buatan (artificial light) adalah sumber cahaya yang sengaja dibuat, ditata sedemikian rupa sehingga karakteristik sangat mirip dengan sumber cahaya alam. Contoh sumber cahaya buatan adalah lampu kilat (elektronic flash). Jenis lampu kilat ini biasanya berbentuk kecil, mudah dibawa-bawa dan memakai sumber daya baterai.
Lampu kilat ini biasanya hanya mempunyai kekuatan (guide number) GN yang relatif kecil biasanya antara GN 14 sampai GN 60. Sumber cahaya buatan lain adalah studio flash, lampu kilat studio ini memakai sumber daya dari tenaga listrik (PLN), mempunyai kekuatan relatif besar mulai dari GN 45 sampai GN 200.
Ada lagi sumber cahaya buatan yaitu lampu studio (studio lighting). Peralatan ini menggunakan lampu fotografi (photoflood bulb). Kekuatan cahaya yang dihasilkan oleh lampu ini lebih ditentukan oleh besarnya daya (watt) lampu tersebut.
Pencahayaan
Untuk memotret subyek, film harus mendapatkan pencahayaan. Pencahayaan sebenarnya merupakan pengaturan takaran cahaya atau pengaturan banyaknya cahaya pantulan dari subyek yang dipotret yang diperlukan emulsi film untuk dapat merekam subyek dengan baik.
Pengaturan ini dilakukan dengan mengatur bukaan/lubang diafragma dan kecepatan rana yang kita pakai sangat tergantung keadaan cuaca bila kita memotret di luar ruangan (outdoor) atau sumber cahaya buatan yang kita pakai bila memotret di dalam ruangan (studio) serta kecepatan film (ASA/DIN) yang kita pakai.
Takaran cahaya yang akan mengolah emulsi film tidak boleh kelebihan (over) maupun kekurangan (under). Hasil foto bila kelebihan pencahayaan akan terlalu terang, warnanya tipis dan tanpa detail. Sedangkan foto yang kekurangan pencahayaan akan tampak terlalu gelap, warnanya terlalu tebal dan detailnya tertutup.
Usahakan pencahayaan film setepat mungkin meskipun film mempunyai toleransi penyinaran (kesanggupan film menampung kelebihan atau kekurangan pencahayaan tanpa membawa akibat buruk bagi hasil pemotretan). Hal ini perlu supaya diperoleh foto dengan ketebalan dan keseimbangan warna tepat serta jelas semua detailnya.
Pemotretan harus memperhatikan pula arah pencahayaan yang akan menimbulkan efek serta kesan yang berlainan pada karya foto. Ada beberapa kemungkinan pencahayaan bila subyek dipotret dengan sumber matahari menurut posisi subyek terhadap matahari.
Pertama pencahayaan dari depan, arah cahaya matahari yang menerangi subyek datangnya tepat dari depan berarti dari atas belakang si pemotret. Arah cahaya ini akan menerangi subyek secara merata, tidak ada bagian yang gelap, kesan timbul tak tampak (datar) serta tidak memberi rasa tiga dimensi.
Kedua, pencahayaan dari belakang, sumber cahaya tepat di belakang subyek, sehingga belakang subyek itulah yang mendapat cahaya dan bagian depannya tidak tercahayai. Sering pencahayaan belakang dinamakan siluet.
Ketiga, pencahayaan dari samping. Cahaya datangnya tepat dari kanan atau kiri orang yang menghadap lensa kamera. Gambar bagian kiri atau kanan subyek saja yang terang, bagian yang berlawanan menjadi gelap, menimbulkan kontras yang terlalu besar pada gambar foto.
Keempat, pencahayaan lewat bahu si pemotret. Cahaya matahari datangnya dari arah belakang, agak kesamping bahu si pemotret, menghasilkan ada bagian yang banyak mendapat cahaya, ada yang sedang dan ada yang sedikit. Hasil foto akan tampak timbul dan memberi rasa tiga dimensi.
Arah pencahayaan di studio bisa dilakukan secara bottom lighting, back lighting, high 45 lighting, top lighting, side lighting serta front lighting atau kombinasi, artinya cahaya bisa dari beberapa arah. (Yudanto Prayitno)
Cahaya matahari begitu pentingnya di dunia kehidupan baik tumbuhan, hewan serta manusia. Demikian pula di bidang fotografi, begitu pentingnya cahaya untuk menimbulkan gambar pada sebuah film serta pada saat proses pencetakan sebuah film.
BalasHapusya
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus