KESEDERHANAAN DALAM HITAM PUTIH

Warna secara psikologis punya pengaruh terhadap rasa. Warna-warna tertentu menjadi simbol dari sesuatu. Merah misalnya melambangkan keberanian, hitam melambangkan kemurungan, putih melambangkan kesucian. Warna-warna terang melambangkan keceriaan. Warna hitam putih adalah warna yang menunjukkan kesederhanaan.

Dalam dunia fotografi, warna merupakan salah satu elemen penting dalam membuat suatu karya foto. Menatap karya foto hitam putih, kadang menimbulkan kesan yang lain. Kadang timbul eksotis, mistis, religis dan menunjukkan pernyataan yang lebih bermakna mendalam. Pernyataan Ansel Adam seniman fotografi abad ini "Forget what it looks like. How does is feel?" Menjadi tak berlebihan dalam kontek ini.

Kesederhanaan sebuah kata yang mudah sekali diucapkan tapi sulit untuk dilaksanakan. Dalam kondisi bangsa yang mempunyai utang ribuan trilyun, kesederhanaan menjadi kata kunci yang semestinya dilakukan mulai dari pejabat kelurahan sampai pejabat paling tinggi beserta wakil-wakil rakyatnya. Mereka semestinya bisa menjadi panutan masyarakat.

Apakah mereka bisa menjadi panutan dalam hal kesederhanaan ?....................................................

Justru dalam kehidupan petani, nelayan, buruh, orang yang terpinggirkan kadang kita malah bisa menemukan contoh kesederhanaan.

Bisakah kita berkesederhanaan? .............................

Jumat, 10 Desember 2010

Kreativitas Pemotret Menentukan Hasil Foto

SUARA PEMBAHARUAN, YUDANTO PRAYITNO

       Sebuah karya foto sebenarnya merupakan perpaduan antara kemampuan alat dan kemampuan manusia. Kemampuan alat berupa segala fasilitas yang dimiliki sebuah kamera beserta alat tambahannya (aksesoris), sedangkan kemampuan manusia adalah segala kelebihan yang dimiliki baik berupa akal, pikiran, nurani serta rasa seni.
       Kemampuan manusia ini akan sangat berlainan antara manusia satu dan lainnya. Hingga sebuah karya foto tidak akan mungkin tepat sama. Hasil foto akan sama bila berupa reproduksi. Kemampuan alat sangat berperan pada sebuah karya foto karena memang fotografi itu sendiri adalah melukis/menulis dengan cahaya yang dibantu alat berupa kamera. Sebuah karya foto dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain macam serta sifat subyeknya, pribadi fotografernya, konsep dan teknik pemotretan (pelaksanaan pemotretan).
       Seorang fotografer dituntut untuk mengetahui macam serta sifat subyeknya. Tidak bisa seorang fotografer menghasilkan karya yang menarik tanpa mengetahui dan mendalami subyek itu sendiri. Misalnya, kita akan memotret peristiwa olah raga, paling tidak kita harus tahu peraturan permainan olah raga itu. Hingga tahu saat-saat kapan akan menghasilkan foto yang menarik. Memotret fashion, dituntut mengetahui gaya-gaya yang berkesan sensual, berkesan anggun, berkesan menarik itu yang bagaimana dan lain sebagainya. Memotret anak, dituntut kita tahu karakter anak dan saat-saat kapan anak akan menampakkan ekspresi ceria. Saat bermain saat yang paling tepat untuk menampilkan ekspresi yang ceria tersebut. Memotret binatang kita dituntut pula mengetahui tingkah laku binatang (animal behavior) untuk menghasilkan karya unik dan menarik. Memotret acara pernikahan, kita perlu tahu tata urutan acara tersebut, guna mempermudah persiapan dan pelaksanaan pemotretan.
Pengetahuan sifat dan macam subyek akan mempermudah pada saat pelaksanaan pemotretan, karena kita tahu saat-saat kapan kamera akan diarahkan dan dijepretkan kesubyek. Dengan mengetahuinya kita bisa pula mengurangi biaya pemotretan yang disebabkan pemakaian film yang terlalu banyak (berlebihan).
       Pribadi seorang fotografer juga berperan dalam menghasilkan sebuah karya foto. Pribadi ini berhubungan dengan pendidikan, pengalaman, kegemaran (kecenderungan pilihan), serta rasa seni seorang fotografer. Kegemaran fotografer sangat berlainan antara satu fotografer dengan fotografer lainnya. Ada yang kegemarannya memotret gadis cantik, bangunan, binatang, anak-anak atau pemandangan. Hingga kadang seorang fotografer diperintah untuk memotret hal yang tidak disenanginya maka hasilnya pun akan kurang menarik dan tidak maksimal. Seorang yang punya sifat berpetualang akan lebih suka memotret di luar ruangan (outdoor photography) dibanding harus berkutat dengan botol-botol minuman, botol minyak wangi atau produk rokok untuk menghasilkan sebuah karya foto.
       Konsep terhadap subyek, perlu diterapkan pula oleh seorang fotografer untuk menghasilkan sebuah karya foto. Karya foto yang akan dibuat pakai film apa? Warna atau hitam/putih (BW)? Pakai film negatif atau positif (reversal)? Ukuran film yang dipakai berapa? Menggunakan teknis pemotretan yang bagaimana? Pendekatan subyektif atau obyektif? Dan lain-lain. Pemilihan film warna atau hitam/putih berhubungan dengan sifat subyek. Kalau memang warna-warni merupakan sifat subyek yang paling penting maka alangkah baiknya memakai film warna. Contoh warna-warni merupakan ciri khas dari subyek bunga, burung-burung, buah-buahan, matahari terbit/tenggelam, lukisan serta mode wanita. Bila warna bukan yang terpenting tapi bentuk ruangan dan cahaya yang diutamakan maka pemakaian film hitam/putih lebih baik digunakan. Pemilihan film negatif atau positif (reversal) ini tergantung fotografernya dan masing-masing film mempunyai keuntungan dan kelemahannya. Keuntungan negatif film misalnya, warna atau pencahayaan yang salah dapat diperbaiki pada saat pembuatan cetakan, ini tidak bisa dilakukan pada film positif. Film positif tidak mungkin membuat perbaikan setelah foto selesai, maka pencahayaannya harus sempurna (optimal), serta setiap pemotretan merupakan aslinya, hingga bila rusak atau hilang foto kita tidak dapat diganti. Film negatif dapat dicetak sebanyak-banyaknya dan hasil cetakan dapat dikirim ke barbagai tempat dalam waktu yang sama. Ini tidak bisa dilakukan bila kita pakai film positif. Kelemahan bila memakai film negatif yaitu tidak mungkin meneliti dari negatif namun harus menunggu contoh cetakannya. Bila waktu yang menjadi pertimbangan maka memakai film positif sangat dianjurkan, karena waktu antara pemotretan dan saat melihat hasil akhir lebih singkat.
       Pendekatan subyektif atau obyektif yang harus dipilih seorang fotografer. Bila pendekatan obyektif yang dipilih maka fotografer akan menyajikan karya menurut kenyataan tanpa mengungkapkan pendapat pribadinya. Subyek lebih diutamakan daripada bentuk penyajiannya. Sedangkan pendekatan subyektif, fotografer dengan sengaja berusaha mengungkapkan perasaan, pandangan atau mungkin pendapatnya terhadap apa yang dilihatnya. Disini pengetahuan mengenai subyeknyalah yang sangat penting. Pendekatan ini mengungkapkan lebih banyak mengenai fotografernya dibanding pendekatan obyektif.
       Teknis pemotretan (pelaksanaan pemotretan) berhubungan dengan sarana dan prasarana yang ada. Apakah memakai lensa sudut lebar, lensa normal atau lensa tele? Apakah memakai cahaya alam, cahaya buatan atau cahaya seadanya? Pemilihan teknis pemotretan ini juga mempengaruhi suatu karya foto.
       Publik yang dituju bisa mempengaruhi sebuah karya foto. Misalnya untuk kalangan menengah ke atas (mewah) dalam karya fotonya biasanya menimbulkan kesan yang wah. Ini nampak dalam pemotretan untuk iklan produk yang pasarnya untuk kalangan mewah.
       Banyak hal yang bisa mempengaruhi sebuah karya foto, namun yang tak kalah penting adalah kemauan untuk berkarya dan terus berkarya serta kreatifitas seorang fotografer. ( Yudanto Prayitno)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar