KESEDERHANAAN DALAM HITAM PUTIH

Warna secara psikologis punya pengaruh terhadap rasa. Warna-warna tertentu menjadi simbol dari sesuatu. Merah misalnya melambangkan keberanian, hitam melambangkan kemurungan, putih melambangkan kesucian. Warna-warna terang melambangkan keceriaan. Warna hitam putih adalah warna yang menunjukkan kesederhanaan.

Dalam dunia fotografi, warna merupakan salah satu elemen penting dalam membuat suatu karya foto. Menatap karya foto hitam putih, kadang menimbulkan kesan yang lain. Kadang timbul eksotis, mistis, religis dan menunjukkan pernyataan yang lebih bermakna mendalam. Pernyataan Ansel Adam seniman fotografi abad ini "Forget what it looks like. How does is feel?" Menjadi tak berlebihan dalam kontek ini.

Kesederhanaan sebuah kata yang mudah sekali diucapkan tapi sulit untuk dilaksanakan. Dalam kondisi bangsa yang mempunyai utang ribuan trilyun, kesederhanaan menjadi kata kunci yang semestinya dilakukan mulai dari pejabat kelurahan sampai pejabat paling tinggi beserta wakil-wakil rakyatnya. Mereka semestinya bisa menjadi panutan masyarakat.

Apakah mereka bisa menjadi panutan dalam hal kesederhanaan ?....................................................

Justru dalam kehidupan petani, nelayan, buruh, orang yang terpinggirkan kadang kita malah bisa menemukan contoh kesederhanaan.

Bisakah kita berkesederhanaan? .............................

Minggu, 19 Desember 2010

Telephotography

SUARA PEMBAHARUAN, YUDANTO PRAYITNO

Istilah "telephotography" hakekatnya merupakan pemotretan yang dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan lensa panjang atau lensa telefoto (telephoto lens). Lensa telefoto atau sering disebut lensa tele adalah lensa dengan panjang fokusnya lebih panjang dari lensa standar atau normal. Pada kamera format 35 mm lensa standar mempunyai panjang fokus 45 mm sampai 55mm. Panjang fokus sendiri merupakan jarak dari titik bakar lensa kelapisan emulsi film pada badan (body) kamera.
Ada pula yang menyebutkan bahwa "telephotography" adalah pemotretan close up pada jarak jauh dengan memakai lensa tele. Pemotretan close up akan menghasilkan ukuran kesan pada film dengan subyeknya berbanding 1:20 sampai 1:1. Berbeda dengan makro atau mikro. Kalau makro subyek yang direkam dengan ukurannya seperti kenyataan atau lebih besar dari kenyataan, atau bisa dikatakan gambar negatif dibandingkan dengan subyeknya sendiri berbanding 1:1 sampai 20:1. Sedangkan mikro perbandingan ukuran gambar dan subyeknya kira-kira 20:1 sampai 1000:1.
Pemotretan dengan menggunakan lensa tele banyak dilakukan para penggemar fotografi. Apalagi fotografer yang bekerja di media massa. Untuk meliput suatu pertandingan sepak bola misalnya, maka tak mungkin mendekat ke subyek pada saat pertandingan berlangsung. Jalan satu-satunya adalah menggunakan lensa tele. Pada saat pemotretan kepala negara atau orang penting lainnya, karena faktor keamanan tidak bisa dekat-dekat, maka perlu menggunakan lensa tele untuk mendekatkan subyek. Atau saat pemotretan binatang yang berbahaya bila didekati, maka lensa tele sangat berperan disini.
Selain kemudahan dan keuntungan bila menggunakan lensa tele, terdapat pula kendala yang harus diperhatikan. Antara lain goyangan kamera karena lensa tele relatif panjang dan berat. Kontras yang rendah pada sebuah subyek karena pengambilan gambar yang jauh jaraknya. Jarak yang jauh juga menimbulkan kecenderungan warna biru yang disebabkan kabut atmosfir. Serta gelombang/getaran udara yang cukup kuat bisa menimbulkan kekaburan.
Untuk mengatasi kendala goyangan bila kita memotret dengan lensa tele bisa dilakukan dengan mempergunakan kecepatan rana setinggi-tingginya (paling lambat 1/100 detik). Menggunakan penyangga tambahan untuk lensanya selama pemotretan atau bisa pula diletakkan tabung lensa pada tembok, kap mobil, menjepit erat-erat pada benda yang kokoh seperti sisi bangunan, pohon dan lain-lain. Guna menambah kestabilan kamera pemotret hendaknya membuka kakinya lebar, siku-siku diletakkan erat-erat pada rusuk dan menekan bagian belakang kamera keras-keras pada kening dan pipi. Bisa pula menggunakan tripod.

Optimal
Sebelum melakukan pemotretan dengan lensa tele perlu mengetahui sifat-sifat lensa tele supaya dapat menggunakannya secara optimal. Dengan pengetahuan tentang sifat-sifat lensa tele diharapkan akan lebih bisa mengembangkan kreatifitas.
Lensa tele mempunyai sifat mempersempit sudut pandang, mendekatkan pandangan, ruang ketajamannya lebih sempit, perspektif lebih padat, diafragma terbesarnya lebih terbatas serta lensa tele itu berat hingga mudah menimbulkan goncangan.
Sudut pandang merupakan sudut yang terbentuk dari titik bakar lensa dengan elemen lensa yang terdepan. Untuk lensa tele ada yang mempunyai sudut pandang sampai dua derajat. Kalau sudut pandang lensa standar 46 derajat maka lensa tele kurang dari itu, hingga pada pemotretan dengan jarak dan subyek sama dalam bidang negatif 24x36 mm akan nampak lebih besar gambarnya. Di sini lensa tele bekerja seperti teropong, bisa mendekatkan pandangan (subyek yang jauh kelihatan besar).
Lensa tele mempunyai panjang fokus lebih panjang daripada lensa standar, ini berarti akan menghasilkan ruang ketajaman lebih sempit. Dengan sifat ini kita bisa lebih mudah membuat gambar dengan latar belakang kabur. Namun dengan ruang ketajaman yang sempit ini kalau memotret dengan lensa tele harus lebih teliti mengatur tajam pemotretan.
Tampaknya lensa tele mempunyai perspektif lebih padat, artinya subyek yang jauh digambarkannya lebih besar daripada semestinya, oleh karena itu tampak lebih dekat. Ini bisa dilihat bila kita memotret dengan lensa tele, dua buah subyek ada perbedaan jarak beberapa meter kebelakang akan nampak seperti dalam satu bidang.
Berbeda dengan lensa normal, bukaan diafragmanya akan lebih terbatas. Misalnya untuk lensa normal bukaan maksimal diafragmanya bisa mencapai f/1,2 tapi untuk lensa tele bukaan maksimal f/2 atau bahkan mungkin f/5,6.
Perlu pula diperhatikan sifat lensa tele yang berat, yang bisa sampai 5,5 kg, ini akan merepotkan dan menimbulkan goyangan bila kita tidak mempunyai kiat menanggulanginya.

Jenis Lensa
Pada umumnya lensa dibagi menjadi lensa sudut lebar, lensa standar (normal) dan lensa tele. Ada yang membagi lensa sudut lebar menjadi lensa sudut lebar (wide angle lens),  lensa sudut ultra lebar (ultra wide angle lens) dan lensa mata ikan (fish eye lens). Demikian pula lensa tele dibagi lagi menjadi lensa tele pendek (short telephoto lens), lensa tele panjang (telephoto lens), lensa tele super panjang (super telephoto lens), dan lensa tele refleks (reflex telephoto lens).
Lensa tele pendek mempunyai panjang fokus 85 mm sampai 105 mm. Lensa ini sering disebut "lensa potret" karena banyak dipakai untuk memotret  wajah meskipun bisa pula kita memotret wajah dengan lensa normal. Tapi bila kita memotret wajah dengan lensa normal untuk memperoleh proyeksi wajah yang memenuhi bidang negatif kita harus memotret dari jarak dekat. Ini bisa menimbulkan distorsi pada gambarnya. Dengan lensa tele ini kita bisa memotret dari jarak yang lebih jauh untuk memperoleh proyeksi wajah yang memenuhi bidang negatif tanpa distorsi.
Pemakaian lensa tele pendek selain untuk potret kapala sampai bahu, dapat pula untuk foto olahraga, jurnalistik dan lain-lain.
Lensa tele panjang mempunyai panjang fokus 135 sampai 300 mm. Kegunaan lensa ini sudah termasuk khusus dan dibutuhkan ketrampilan khusus pula. Kebanyakan dipakai untuk pemotretan olahraga, wildlife, foto jurnalistik dan lain-lain.
Lensa tele super panjang mempunyai panjang fokus 400 sampai 1000 mm. Lensa jenis ini kebanyakan sudah dilengkapi dengan dudukan untuk tripod supaya kamera dapat tetap diam (tidak bergerak). Lensa ini digunakan untuk memotret subyek yang jauh sekali atau berbahaya yang tidak dapat didekati.
Lensa tele refleks mempunyai konstruksi khusus yaitu menggunakan sejenis kaca yang memantulkan bayangan ke dalam tabir pengamat. Biasa digunakan untuk pemotretan olahraga, wildlife, efek khusus dan lain-lain.
Harga sebuah lensa tele, biasanya mahal. Perlu pertimbangan yang matang baik dari segi manfaat dan segi kemampuan keuangan bila akan membeli serta berkreasi dengan teknik "telephotography". (Yudanto Prayitno)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar