Komuditas kartu pos sudah semakin jarang. Kartu pos sudah dikalahkan teknologi. DANTO'S POST CARD adalah komuditas kartu pos yang mengambil tema siar. Berminat bisa email, PM, FB, SMS ke +62085775840569. 50 ex. Rp.150.000 untuk wilayah Indonesia sudah termasuk ongkos kirim.( 50 ex. U$ 100 ). Donasi No. Rek. 0005279566 Bank BNI 46.
KESEDERHANAAN DALAM HITAM PUTIH
Warna secara psikologis punya pengaruh terhadap rasa. Warna-warna tertentu menjadi simbol dari sesuatu. Merah misalnya melambangkan keberanian, hitam melambangkan kemurungan, putih melambangkan kesucian. Warna-warna terang melambangkan keceriaan. Warna hitam putih adalah warna yang menunjukkan kesederhanaan.
Dalam dunia fotografi, warna merupakan salah satu elemen penting dalam membuat suatu karya foto. Menatap karya foto hitam putih, kadang menimbulkan kesan yang lain. Kadang timbul eksotis, mistis, religis dan menunjukkan pernyataan yang lebih bermakna mendalam. Pernyataan Ansel Adam seniman fotografi abad ini "Forget what it looks like. How does is feel?" Menjadi tak berlebihan dalam kontek ini.
Kesederhanaan sebuah kata yang mudah sekali diucapkan tapi sulit untuk dilaksanakan. Dalam kondisi bangsa yang mempunyai utang ribuan trilyun, kesederhanaan menjadi kata kunci yang semestinya dilakukan mulai dari pejabat kelurahan sampai pejabat paling tinggi beserta wakil-wakil rakyatnya. Mereka semestinya bisa menjadi panutan masyarakat.
Apakah mereka bisa menjadi panutan dalam hal kesederhanaan ?....................................................
Justru dalam kehidupan petani, nelayan, buruh, orang yang terpinggirkan kadang kita malah bisa menemukan contoh kesederhanaan.
Bisakah kita berkesederhanaan? .............................
Dalam dunia fotografi, warna merupakan salah satu elemen penting dalam membuat suatu karya foto. Menatap karya foto hitam putih, kadang menimbulkan kesan yang lain. Kadang timbul eksotis, mistis, religis dan menunjukkan pernyataan yang lebih bermakna mendalam. Pernyataan Ansel Adam seniman fotografi abad ini "Forget what it looks like. How does is feel?" Menjadi tak berlebihan dalam kontek ini.
Kesederhanaan sebuah kata yang mudah sekali diucapkan tapi sulit untuk dilaksanakan. Dalam kondisi bangsa yang mempunyai utang ribuan trilyun, kesederhanaan menjadi kata kunci yang semestinya dilakukan mulai dari pejabat kelurahan sampai pejabat paling tinggi beserta wakil-wakil rakyatnya. Mereka semestinya bisa menjadi panutan masyarakat.
Apakah mereka bisa menjadi panutan dalam hal kesederhanaan ?....................................................
Justru dalam kehidupan petani, nelayan, buruh, orang yang terpinggirkan kadang kita malah bisa menemukan contoh kesederhanaan.
Bisakah kita berkesederhanaan? .............................
Selasa, 02 Desember 2014
Selasa, 15 April 2014
Studio
Studio fotografi ada dua macam, out door studio dan indoor studio. Untuk out door studio yang perlu diperhatikan adalah lighting, back-ground & side ground serta posisi matahari sedang indoor studio yang perlu mendapat perhatian lighting serta back-ground & side ground. Lighting untuk studio ada studio flash dan studio lighting.
Posisi dan fungsi lampu studio
1. Main light
Sebuah lampu kilat yang berfungsi sebagai main light menjadi lampu utama dalam pemotretan artinya sebuah lampu yang ditujukan untuk memunculkan sebentuk wajah dari model. Main light biasa diletakkan pada posisi kurang lebih 45 derajat dari model.
2. Fill in light
Lampu kilat yang berfungsi sebagai fill in light atau cahaya pengisi dipasang pada kekuatan dua stop dibawah main light. Biasanya diletakkan di samping kamera dan hampir frontal (disebut juga front light).
3. Hair light
Posisi lampu ini diletakkan sebagai high light tetapi agak lebih ke belakang dari model. Tujuannya agar sinar lampu kilat tidak ikut mengenai wajah model. Jika mengenai wajah dapat menimbulkan efek mengganggu seperti : munculnya bayangan bulu mata di bawah mata atau bayangan hidung yang jatuh di mulut.
4. Side-back light
Lampu kilat diletakkan di samping belakang model, kira-kira pada sudut 120 derajat. Kekuatan dua stop lebih besar. Side-back light ini biasa digunakan untuk memperoleh efek rim light (efek kilauan cahaya pada bagian pinggir suatu benda).
5. Back light
Posisi lampu kilat 180 derajat di belakang model. Dapat menimbulkan efek rim light di sekeliling rambut model.
6. Background light
Untuk foto ilustrasi agar latar belakang seimbang dengan model.
DIAGRAM POSISI PENCAHAYAAN
Kamis, 03 April 2014
Kertas Foto
Perbedaan Kertas Foto berwarna dan film
berwarna.
Kertas foto lapisan-lapisan emulsinya
beralaskan kertas putih yang cemerlang dan tidak tembus cahaya. Film berwarna
lapisan-lapisan emulsinya beralaskan plastik yang jernih dan tembus cahaya
(transparan).
Kertas foto lapisan emulsinya mengandung
perak halida yang pada lapisan atasnya peka merah, lapisan tengah peka hijau
dan pada lapisan bawah peka biru. Film berwarna lapisan emulsinya mengandung
perak halida yang pada lapisan atasnya peka biru, lapisan tengah peka hijau dan
pada lapisan bawah peka merah.
Konstruksi Kertas Foto Berwarna
Lapisan Pada Kertas Foto :
1.Lapisan pelindung.
2.Lapisan emulsi pertama dengan perak
halida yang peka cahaya merah dan coupler (kopler) pembentuk warna cyan.
3.Gelatin jernih sebagai pemisah.
4.Lapisan emulsi kedua dengan perak halida
yang peka cahaya hijau dan coupler pembentuk warna magenta.
5.Gelatin jernih sebagai pemisah.
6.Lapisan emulsi ketiga dengan perak halida
yang peka cahaya biru dan coupler pembentuk warna kuning.
7.Lapisan resin untuk melindungi kertas.
8.Alas berupa kertas yang cemerlang.
9.Resin sebagai pelapis kertas.
Kedua permukaan kertas dilapisi dengan
resin sehingga tidak menghisap larutan obat-obatan, begitu pula air pembilas,
maka kertas itu hemat dalam pemakaian obat-obatan, juga memperpendek waktu
pembilasan karena tidak memerlukan air yang banyak untuk membilas atau
membersihkannya serta membuat foto cepat kering. Selain itu, setelah kering
kertas tidak menggulung, tetapi tetap rata.
Kertas yagn dilapisi resin disebut “Resin
Coated” (RC). Pabrik Agfa Gevaert menamakan kertas buatannya “Poly Ethelene
Coated” (PE) karena plastik untuk melapisi kertas fotonya mereka sebut “Poly
Ethelene”.
Tekstur Kertas Foto
Tekstur atau pola permukaan kertas untuk
foto berwarna ditentukan oleh resin atau poly ethelene yang melapisinya.
Artinya, kalau lapisan itu licin sebelum keatasnya dilumarkan emulsi, maka permukaan
foto akan licin pula. Tetapi kalau lapisan itu diberi pola tertentu, maka
permukaan foto mengikuti pola yang terdapat pada lapisan itu.
Kodak memasarkan kertas untuk foto
berwarnanya yang bernama Ektacolor dengan tiga macam permukaan sebagai berikut
:
F
= Glossy = berkilat.
N
= Lustre = setengah berkilat.
Y
= Silk = berupa sutra.
Fuji menggunakan huruf pertama dari
perkataan yang menyatakan sifat permukaan kertas sehingga mudah di ingat.
G
= Glossy = berkilat.
L
= Lustre = setengah berkilat.
S
= Silk = berupa sutra.
M
= Matt = tidak berkilat.
Selain mempunyai beberapa kelebihan, kertas
yang dilapisi resin atau plastik mempunyai kekurangan pula, yaitu :
-
Plastik menyebabkan permukaan kertas mudah patah, apalagi kalau kertas itu
besar ukurannya. Karena itu kita harus berhati-hati dalam mengerjakannya.
-
Mudah cacat oleh goresan kuku jari atau benda keras lainnya. Tetapi hal ini
takkan terjadi kalau kertas di cuci dalam tabung pencuci.
Ukuran Kertas Foto
Dijual dalam bentuk lembaran dan gulungan.
Kertas lembaran buatan Kodak dapat dibeli dalam ukuran :
-
20 X 25 cm dalam kotak isi 25 dan 100 lembar.
-
28 X 35 cm dalam kotak isi 50 lembar.
-
40 X 50 cm dalam amplop isi 10 lembar.
-
50 X 60 cm dalam amplop isi 10 lembar.
Selasa, 25 Maret 2014
Alat Pencetak Foto
Alat Pencetak Foto
Alat cetak
tradisional yang disebut kotak pencetak biasa digunakan dengan penyinaran lampu
petromaks atau listrik yang berkekuatan kurang lebih 40 wat. Kotak pencetak
sudah digantikan alat canggih yang disebut enlarger.
Enlarger
Enlager
adalah alat pembesar gambar, yang tersusun dari beberapa bagian. Di mana antara
bagian yang satu dengan bagian yang lainnya terkoordinasi dalam satu sistem
kerja untuk melakukan proses pencetak gambar dari film negatif.
Ada dua
macam Enlanger :
-
Untuk
cetak foto warna
-
Untuk
cetak foto Hitam putih
1. Enlarger Foto Berwarna
Pada Enlanger untuk cetak warna terdapat
beberapa piranti tambahan yang mendasari perbedaan dengan enlanger untuk cetak
hitam putih.
- Infra Red – Reflektor Sistem
Menangkap seluruh warna sinar yang diprodusir
oleh lampu halogen. Juga berfungsi sebagai pengurang efek panas dari lampu.
Cahaya yang terpancar dari reflektor tidak lagi merupakan sinar yang
dipancarkan lampu, tetapi telah berubah karakter menjadi sinar “ UV” (Ultra
Violet).
B. Triple
Filter Color
Adalah : Cyan (C), Magenta (M), dan Yelow
(Y)
Dari sistem enlager foto color, sinar yang
dibiaskan oleh reflektor infra merah akan menghasilkan warna sinar UV.
Selanjutnya sinar UV tersebut, disaring oleh ketiga filter color menjadi kombinasi
warn-warna yang akan dan mampu menerjemahkan semua warna yang terdapat pada
negatif warna. Sistem pengaturan warna,
dari porsi sedikit hingga pada porsi banyak dalam sebuah gambar foto. Diatur
oleh perangkat sensor color yang terdapat pada enlarger.
C. Right
Engle Reflektor
Fungsi : Pengurang panas dari sinar yang berasal dari
lampu yang akan mengenai film, juga akan bertindak sebagai pemantul sinar-sinar
dari filter-filter cyan, magenta dan yellow.
D. Difusi
Box (Mirror Tunel/ Light Pipe)
Berbagai warna cahaya yang berasal dari
Right Engle Reflektor akan mengalami
fusi dalam sistem difusi box ini.Pemantulan Sinar reflektor akan mengurangi
energi dan efek panas dari cahaya tsb.
Berakibat melemahnya daya proyeksi emulsi film ke kertas foto. Untuk
mengatasi hal ini, Diciptakan perangkat “ Difusi box “ yang mampu membaurkan cahaya tersebut
tanpamengurangi energi sedikitpun dari sinar tersebut.
Diagram
Sistem Enlarger
Ket.
- Lampu Halogen
- Reflektor Infra merah
- Filter cyan
- Filter Magenta
- Filter yellow
- Engle replektor
- Difusi box/ mirror Tunel light Pipe
- Beberapa sistem
- Lensa
- Negatif Carier
- Sistem Diafragma
- Sistem level
Enlarger
Foto Hitam Putih
Bagian-bagian
Enlarger Foto Hitam Putih
A. Bagian Utama
Peranannya sangat vital dalam menghasilkan
gambar.
1. Lensa
Lensa 1 berfungsi menangkap sinar
secara langsung dari bola lampu yang terlebih dahulu melalui ruang sela (difusi
box). Sinar dari bola lampu yang karakternya menyebar akan dikumpulkan oleh
lensa ini sebelum mengenai film . Lensa 2 berfungsi menyitakan gambar ke kertas
foto.
2. Difusi Box
Mampu membaurkan spektrum sinar dari
bola lampu untuk BW tanpa dilengkapi dengan lapisan kaca.
3. Sistem
Diafragma
Seperti pada kamera memiliki
beberapa variasi bukaan. Untuk memudahkan pencetakan gambar dari negatif yang karakternya bermacam-macam, ( Under atau
Over Exposure).
4. Lampu Enlarger Dan Lamp House
Lamp House : Tempat dimana lampu
sebagai man polser tercetak. Lampu enlarger dengan berbagai karakter kekuatan
pijar banyak tersedia di pasaran .
Ex. Omron
Halogen Lamp
Fungsi : Menyetabilkan posisi film agar tidak goyah
yang berakibat kaburnya gambar, juga berfungsi untuk mendapatkan format gambar
yang bagus.
B. Bagian
Pendukung
1. Tiang Penyangga
Fungsi : Menyetabilkan posisi dan menghilangkan efek
goyangan pada body alat cetak.
2. Sistem Level
Fungsi : untuk posisi fokus dan format, juga digunakan
untuk menentukan pembesaran gambar yang dikehendaki.
3. Blak Film
Penyetabil kedudukan film yang akan
dicetak.
4. Laminated Base Board
Untuk menempatkan kertas yang akan
disinari atau bisa disebut sebagai meja alat cetak.
Kertas Foto
Macam-macam
kertas foto hitam putih yang banyak di pasaran antara lain :
-
Chen
fu B/w Paper
-
Ilford
-
Xiamen
-
Hunter
-
Sterling
-
Zuhow
-
Sea
gull
Enlarger
Enlarger
yang beredar dipasaran
-
Fuji
moto enlarger
-
Zennit
35 mm
-
Beta
II
-
Universal
Alpua II
-
Axomat
II
-
Oppemus
III
-
Krokus
Enlarger dan krokus 44
-
Durst
F-30
Test
Print
Untuk
menyetabilkan standar mutu cetakan ada baiknya membuat standar cetak dan
diafragma yang digunakan. Hal ini berguna untuk memperkirakan tingkat
penyinaran yang baik Di Lab B/W kita. Yakni mulai dari paling dekat hitanya,
hingga pada tingkat putih yang sempurna.
Membuat
standar Diafragma
Bila menginginkan hasil cetakan dengan
kertas penyinaran yang stabil dan rata, kita harus menentukan standar
diafgragma kita pakai. Misalnya F/5,6 maka kita harus menggunakan bukaan
diafragma tersebut untuk mencetak kondisi film apapun. Dengan tujuan kita bisa
memperkirakan lamanya waktu penyinaran, baik pada film yang tipis maupun pada
film-film tebal (Over Lighting)
Membuat
Standar Cetakan
Tes cetakan yang hitam sempurna bisa
diperoleh dengan cara menyinari negatif yang bening sempurna. Untuk lebih
akurat kita bisa membuat tes cetakan dalam bentuk “stripes tes prin” yakni
cetakan dengan perbedaan selang waktu yang teratur antara yang satu dengan yang
lain, misalnya masing-masing selisih 1 detik. Pada kondisi bukaan diafragma
yang sama.
Karakter dan Syarat Foto Jurnalistik
"Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya didalamnya pada waktu pagi dan petang, orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan, dan tidak (pula) oleh jual-beli, atau aktivitas apa pun dan mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang."
(QS An-Nur [24]: 36-37)
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan)
lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu
akan dikeluarkan (dari dalam kubur).”
(QS. Az-Zukhruf : 11)
Foto jurnalistik menurut guru besar Universitas Missouri AS, Cliff Edom
adalah paduan kata words dan pictures.
Menurut Wilson Hicks, editor foto majalah Life daro
1937-1950 adalah kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan
komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial
pembacanya.
Ada delapan karakter foto jurnalistik yang menurut Frank P.
Hoy dari sekolah jurnalistik dan telekomunikasi Walter Cronkite, Universitas
Arizona, pada bukunya yang berjudul Photojournalism The Vissual Approach adalah
:
- Fotojurnalistik adalah komunikasi melalui foto (communication photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu subyek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.
- Medium fotojurnalistik adalah media cetak, koran atau majalah dan media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire servives).
- Kegiatan fotojurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita.
- Fotojurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto.
- Fotojurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subyek sekaligus pembaca fotojurnalistik.
- Fotojurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audiences). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam.
- Fotojurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.
- Tujuan fotojurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech and freedom of press).
Syarat Foto Jurnalistik
Syarat foto jurnalistik, setelah
mengandung berita dan secara fotografi bagus, syarat lain lebih kepada foto
harus mencerminkan etika atau norma hukum, baik dari segi pembuatannya maupun
penyiarannya.
Di Indonesia, etika yang mengatur
fotojurnalistik ada pada kode etik yang disebut kode etik jurnalistik. Pasal-pasal
yang mengatur hal itu ada, khususnya pada pasal 2 dan 3
Pasal 2 berisi pertanggungjawaban
yang antara lain : wartawan Indonesia tidak menyiarkan hal-hal yang sifatnya
destruktif dan dapat merugikan bangsa dan negara, hal-hal yang dapat menimbulkan
kakacauan, hal-hal yang dapat menyinggung perasaan susila, agama, kepercayaan
atau keyakinan seseorang atau sesuatu golongan yang dilindungi undang-undang.
Sementara pada pasal 3 berisi
cara pemberitaan dan menyatakan pendapat, antara lain disebutkan bahwa wartawan
Indonesia menempuh jalan dan cara yang jujur untuk memperoleh bahan-bahan
berita. Wartawan Indonesia meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan
sebelum menyiarkannya dengan juga memperhatikan kredibilitas sumber berita. Di
dalam menyusun suatu berita,wartawan Indonesia membedakan antara kejadian
(fakta) dan pendapat (opini).
Contoh penerapan dari pasal-pasal
yang ada pada kode etik tersebut yaitu, misalnya dalam pembuatan foto tentang
kecelakaan atau pembunuhan, tidak boleh menampakkan wajah korban, melainkan
ditutupi koran atau sesuatu, atau diambil dari jarak agak jauh.
Contoh lain, foto-foto pengadilan
yang dibuat dari belakang orang yang diadili, bukan dari depan, selama status
orang tersebut masih tersangka, untuk menghindari penghukuman yang dilakukan
oleh wartawan (trial by the press).
Lalu foto-foto yang bersifat
pornografi juga tidak boleh disiarkan. Foto yang dibuat dengan teknik
manipulasi komputer (grafis) juga tidak boleh disiarkan kalau tidak berdasarkan
kebenaran.
Sifat Foto Berita
Fotografi di dalam kerja
jurnalistik mempunyai peranan yang sangat penting. Ibarat masakan, foto dalam
surat kabar atau majalah dapat diumpamakan sebagai bumbu penyedap. Bahkan foto berperan
untuk mempercantik wajah media cetak dan membuat pembaca tidak lelah. Apa pun
dan bagaimanapun bentuk foto itu, akan merupakan variasi yang sama sekali lain
dengan tulisan yang hanya berisi huruf-huruf yang teratur rapi.
Namun demikian sebagai penyedap,
tidak semua foto dapat dimasukkan atau ditampilkan di surat kabar atau majalah
ada kaidah-kaidah tertentu yang harus dipenuhi dalam menampilkan foto di surat
kabar atau majalah.
Di majalah, foto-foto yang
dipajang di sampul depan bukan sekedar pajangan. Walaupun mungkin sampul depan
majalah itu merupakan etalase yang menyajikan berbagai tawaran kepada pembaca
untuk memasuki ruang-ruang yang ada. Melihat-lihat isi dan akhirnya membelinya.
Namun foto sampul menyiratkan satu tema atau sajian berita.
Pemuatan foto yang menyiratkan
tema atau sajian berita itu biasanya memang dipakai oleh majalah-majalah
berita. Sedangkan majalah-majalah yang bersifat populer, majalah keluarga atau
wanita, majalah mode dsb. Cenderung memajang foto model yang menonjolkan
keindahan. Foto tersebut seringkali tidak mempunyai kaitan sama sekali dengan
isinya.
Prof. Dr. RM. Soelarko dalam
bukunya “Fotografi untuk nafkah” menyatakan, cover majalah dapat memuat foto
yang menjadi bagian dari satu cerita dalam majalah itu yang disebut “cover
story”. Diambil dari segi gambar-gambar yang dibuat dalam menghimpun cerita
itu, maka foto yang terpilih dengan sendirinya harus memiliki sifat-sifat
Memiliki news content
Disajikan dengan jelas hingga mendukung
ceritanya
Teknik dan artistik disampaikan dengan baik
“Cover Story” atau sampul cerita itu banyak
digunakan oleh majalah umum atau majalah berita yang serius sifatnya. Dengan
demikian, sebenarnya foto di majalah atau surat kabar itu merupakan visualisasi
suatu kejadian, peristiwa atau berita. Oleh karena itu seluruh persyaratan yang
berlaku bagi penulisan berita juga berlaku bagi pembuatan foto jurnalistik.
Daya tarik yang berlaku bagi berita seperti
konflik, seks, human interest (daya tarik manusiawi), kedekatan, kebaruan
dst-nya itu juga berlaku untuk foto jurnalistik. Tetapi sering kali majalah atau
surat kabar yang bersifat populer cenderung untuk menonjolkan unsur seksualitas
sebagai satu-satunya daya tarik, walaupun ada pula yang mencoba menampilkan
unsur kriminal seperti yang terdapat pada majalh-majalah kriminal.
Khusus bagi surat kabar atau
majalah olah raga, foto sampul yang dipajang selalu berkaitan erat dengan
olahraga tentunya kaidah menampilkan “ cover story” pada majalah olahraga juga
harus dipenuhi. Daya tarik utama yang dipergunakan untuk bidang olahraga ini
adalah “Action” yang memancing emosi pembaca, apakah itu tegang, senang atau
sedih.
Apapun bentuk yang disajikan oleh
surat kabar atau majalah dengan memuat foto dihalaman depan atau sampul, maksud
yang terkandung dibalik pemajangan foto sebenarnya mendorong masyarakat untuk
membeli produk tersebut. Itu berarti foto yang dipajang harus menarik minat
masyarakat untuk membelinya. Dengan kata lain sebenarnya foto tersebut
berfungsi sebagai iklan. Tetapi harus dibedakan dengan foto iklan yang memang
benar-benar untuk iklan.
Untuk foto iklan, daya
tariknya ditumpukan pada keindahan atau
artistiknya. Sedangkan untuk foto jurnalistik, daya tariknya ditekankan pada
kekuatan ekspresi kejadian atau peristiwa yang digambarkannya.
Dengan demikian foto didalam
surat kabar atau majalah dapat dibedakan fungsinya sebagai iklan, penunjang
berita (Ilustrasi) atau berita.
Secara khusus sebenarnya ada
perbedaan yang mendasar antara foto untuk majalah yang terbit mingguan, dwi
mingguan atau bulanan, dengan foto untuk surat kabar harian.
Seperti halnya berita dalam surat
kabar harian yang selalu mengutamakan (Hot), foto pun memerlukan kehangatan.
Namun demikian ada kelebihan foto dibandingkan dengan berita tulisan. Kelebihan
tersebut terletak pada kurun waktu aktualisasinya. Sebagai visualisasi suatu
kejadian, ia memiliki usia yang lebih panjang, lebih abadi . Sedangkan untuk
majalah, kecepatan dan kehangatan tersebut tidak terlalu dibutuhkan.
Foto-foto dimajalah lebih
dimaksudkan sebagai penunjang (Ilustrasi) tulisan yang karenanya tidak berdiri
sendiri. Namun majalah dapat menyaksikan (foto) sehingga pesan yang ingin
disampaikan pun lebih mudah ditangkap pembacanya. Ini yang tidak mungkin
dilakukan oleh surat kabar harian, yang lebih mengutamakan tulisan daripada
foto (visual). Itu sebabnya presentase foto di surat kabar sangat sedikit,
sedangkan di majalah ada perimbangan antara foto dengan tulisan.
Ada persamaan sifat tulisan berita
dengan foto berita yaitu sama-sama mampu mencekam emosi pembacanya untuk dibawa
seolah-olah menghadapi suatu peristiwa. Tetapi harus diakui bahwa foto jauh
lebih unggul dalam merekam peristiwa. Ia tidak mungkin berbohong atau
menutup-nutupi bagian-bagian tertentu peristiwa itu. Ia lebih cepat ditangkap
dan dimengerti, tanpa harus didahului dengan membaca keterangannnya.
Sedangkan tulisan berita membutuhkan imajinasi penulisnya untuk menggambarkan
suatu peristiwa secara lengkap. Lagipula
ada emosi penulis yang ikut terbawa ketika menceritakan suatu peristiwa,
sehingga pembaca pun dipengaruhi emosi penulisnya itu.
Dilihat dari perbedaanya, foto
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
A. Mudah di buat
Foto sangat mudah dibuat . Siapa
pun juga dapat melakukannya. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang sangat
cepat, peralatan foto yang canggih ditawarkan kepada kita. Tanpa dibutuhkan
pengetahuan atau keterampilan, peralatan foto yang otomatis (kamera instamatik)
dapat merekam peristiwa atau kejadian yang ada didepannya.
Kini bahkan tidak sekedar
merekam, kamera-kamera polaroid yang banyak dijual memudahkan kita untuk
merekam peristiwa atau kejadin langsung jadi. Dengan teknologi yang lebih
canggih kamera digital jauh memudahkan kita untuk merekam.
B. Akurat
Foto juga mempunyai kelebihan didalam
merekam peristiwa atau kejadian. Ia selalu akurat dan tidak pernah berbohong.
Ia merekam apa yang kelihatan dan menyajikannya sebagaimana adanya. Dengan
demikian dalam karya jurnalistik, wartawan foto telah merekam dengan kamera dan
dapat dilihat di foto.
C. Universal
Sebagai bahsa visual, foto mempunyai
sifat universal. Artinya ia dapat berlaku dimana saja tanpa kita harus
menerjemahkannya ke dalam berbagai bahasa. Sebuah foto akan berbicara secara
visual tentang kejadian yang direkam kepada berbagai orang scara sama ; tidak
akan menunjukkan dirinya berbeda diantara satu dan orang lain. Misalnya foto
tentang orang terkapar di jalan, akan dimengerti oleh semua orang bahwa foto
itu menggambarkan bahwa orang itu terkapar di jalan. Di Eropa, di Amerika atau
di Afrika mau pun di Asia, foto seperti itu akan menimbulkan kesan yang sama
bagi yang melihatnya. Ini yang berbeda dengan bahasa tulis . Bahasa tulisan
perlu menggambarkan secara jelas dan tepat. Jangan sampai ada pengertian
yang berbeda apabila diterjemahkan dalam bahasa yang lain, misalnya maksudnya
terkapar tetapi ditempat lain diartikan sebagai tidur.
D. Visual
Berbeda dengan bahasa tulisan,
foto meerupakan bahasa visual yang mudah ditangkap dan dimengerti tanpa orang
harus membaca dan mencurahkan artinya.
Dengan demikian foto dapat
mengatakan sesuatu kepada orang yang pandai dan yang bodoh sekaligus secara
sama. Bahkan anak-anak yang belum dapat mambaca pun dapat menangkap satu
pengertian tentang foto.
E. Kompak
Dilihat dari komposisi yang tersaji
dalam gambar, foto dapat menjelaskan substansi berita itu secara kompak,
teratur ia menyajikan gambar secara runtut sesuai dengan kejadian yang direkam.
Tidak ada tumpang tindih, sehingga menimbulkan kesan gampang dimengerti dan
karenanya dengan mudah pula merangsang reaksi orang yang melihatnya.
F. Selalu Aktual
Berbeda dengan tulisan yang
ditandai dengan waktu penulisannya, foto tidak mengenal tanda waktu itu sifat
foto yang selalu aktual itu terletak pada rekaman yang ekspresif yang selalu
dapat menggugah eemosi orang yang melihatnya. Nilai aktual yang seperti itulah
yang membuat foto selalu menarik . Ia merupakan dokumen otentik yang tidak dapat
dibantah.
Minggu, 23 Maret 2014
Teknik Kamar Gelap
Teknik Kamar Gelap (TKG)
Kamar Gelap
: Sebuah ruangan yang konstruksinya dibuat sedemikian rupa sehingga kondisi
didalamnya kedap sinar (matahari atau sinar lampu putih, kamar ini dilengkapi
seperangkat alat kerja untuk menghasilkan produk foto dan cucian foto.
Model Dan
Konstruksi Kamar Gelap
Kamar Gelap
yang bagus dan ideal tidak selalu dibuat dari bahan-bahan yang mahal tapi lebih
berprinsip pada sistem penciptaan kenyamanan, keamanan dan kesehatan.
1 Konstruksi
Model 1
Prioritas model ini pada pemisahan bahan cair dan yang tidak
2 Konstruksi
Model 2
Konstruksi ini menekankan dan lebih memberikan keleluasaan bekerja.
3 Konstruksi Model 3
Memanfaatkan kedua sisi ruangan yang
saling berhadapan satu meja untuk pencetakan gambar, sedang yang satunya untuk
pemrosesan.
Ket.
- Enlarger
- Bak untuk Dev.
- Bak untuk fixer
- Bak untuk air
- Meja basah
- Meja kering
- Lampu pengaman
- Laci
- Kran Air
- Timer
A. Alat untuk mencuci film negatif
-
Kamar
gelap
-
Tabung
untuk mengembangkan film bersama Reel film
-
Alat
pembuka kaset film
-
Gunting
-
Gelas
ukur
-
Penjepit
film
-
Thermometer
-
Pencatat
waktu
-
Lampu
pengaman
-
Wadah
berisi air hangat
-
Bahan
untuk mencuci
- Developer
- Stop Bath
- Fixer
-
Changing
Bag
B. Bahan-bahan untuk mencuci film negatif
1. Developer ( Obat Pengembang)
Bila kita menyinari film, terjadilah perubahan
dalam emulsi, yakni setiap butir perak bromida yang terkenal cahaya penyinaran
berubah sifatnya secara tidak nyata/ terpendam. Setelah film yang disinari itu
dimasukkan kedalam obat pengembang. Maka perak bromida berubah menjadi perak
logam dan muncullah gambar hitam
Obat pengembang yang disebut dengan Developer
(D) ini bermacam-macam.
Ex. - Amidol
- Kodak D 76
- Kodak DK 50
-
Gevaert G 20G
- Kodak
DK 20
-
Gevaert 224
- Micradol
-
Mocranol
- Super Brom
- Super D
- Minico
- Micro MF
2. Stop Bath (Obat Penghambat)
Setelah film dikembangkan, terjadi
perubahan butir-butir perak logam.
Sebelumnya sangat kecil, berkembang menjadi besar. Pengembangan ini terjadi
secara terus menerus sampai dihentikan. Penghentian dilakukan dengan obat
penghambat/stop bath (SB). SB
berfungsi menghentikan sekaligus
membersihkan film dari sisa-sisa obat pengembang. Perak bromida yang tidak
terkena cahaya dan tidak diolah oleh obat
pengembang dengan sendirinya larut dalam stop bath.
Ex. - Larutan Air dengan asam cuka
- Kodak SB- 4
- Kalium metabisulfit
3. Fixer ( Obat Penetap)
Film yang sudah dikembangkan kemudian diproses
dengan obat penetap untuk membersihkan emulsi dari sisa-sisa perak biromida
yang tidak terkena cahaya penyinaran dan tidak diolah obat pengembang.
Sisa-sisa perak biromida yang tidak diperlukan itu harus dilenyapkan dengan
obat penetap (fixer) sampai bersih.
Dengan obat penetap (fixer) ini, gambar yang
dibangun oleh butir-butir perak biromida dengan obat pengembang tadi tidak
dapat berubah lagi bila terkena cahaya.
Ex. – Acifik
- Kodak f 24
- Kodak f 5
- Gevaert G 301 A
Selasa, 18 Maret 2014
Jenis Foto Jurnalistik
Prof. Dr. R.M. Soelarko
menyebutkan ada beberapa jenis foto jurnalistik.
- Spot News atau Foto Berita
Yang dimaksud dengan foto berita adalah
foto tunggal yang menyajikan satu peristiwa yang beriri sendiri. Artinya, tanpa
keeterangan yang berbelit-belit dan panjang lebar, pembaca surat kabar dapat atau mudah menangkap kesan adanya peristiwa yang bernilai berita. Misalnya
foto tentang pejabat menggunting pita, akan menimbulkan kesan adanya peresmian
suatu tempat. Walau pun foto seperti itu dapat dikatakan sebagai foto berita
tetapi nilai beritanya (news Value) sangat rendah. Kadangkala bahkan foto seperti
iu tidak dimasukkan dalam foto jurnalistik. Hal itu disebabkan oleh faktor
seringnya atau mudah diperolehnya foto seperti itu.
Dengan demikian nilai berita pada
foto jurnalistik itu terleetak pada keanehan atau ketepatan perekaman suatu
peristiwa. Sebagai contoh tentang tabrakan. Apabila foto tersebut hanya
menyajikan peristiwa sesudah tabrakan ada mobil penyok, disampingmya beberapa
orang terkapar dan telah banyak orang mengerumuninya, foto tersebut tidak
terlalu banyak berkata-kata. Apalagi bila dalam gambar itu tidak ada identitas
yang dapat menyatakan tempat kejadian, pembaca akan langsung mengatakan, itu
tabrakan. Tanpa keterangan lebih lanjut yang ditulis, hanya kesan tabrakan itu
yang dapat ditangkap. Tetapi seandainya ada identitas yang dapat menjelaskan
peristiwa itu, akan banyak menolong pembaca untuk memahaminya. Identitas yang
dimaksudkan misalnya, nomor plat mobil yang menunjukkan asal mula mobil
tersebut, rambu-rambu lalu lintas atau tempat kejadian misalnya pagar jalan
atau gedung yang menjadi latarbelakang
kejadian dan seterusnya yang dengan mudah dapat diketahui oleh pembaca.
Dengan identitas-identitas yang
ditonjolkan itu berita yang akan disampaikan kepada pembaca melalui foto itu
semakin banyak. Itu seperti didalam menyajikan foto, harus diusahakan sesedikit
mungkin memberikan penjelasan bersifat tulisan. Melalui foto tersebut, pembaca
disodori sebanyak mungkin fakta.
Foto jurnalistik yang paling
tinggi atau bobot beritanya selalu menyangkut suatu kejadian dan tepat waktu.
Misalnya tentang tabrakan. Di Saat tabrakan itu terjadi ada faktor lain yang
memperkuat atau menambah nilai berita. Faktor-faktor penunjangnya adalah
ekspresi orang yang melihatnya, yang ada disekitar tempat itu.
Ketepatan itu yang seringkali
tidak dapat direncanakan dan lebih banyak ditentukan oleh faktor kebetulan dan
keberuntungan. Faktor itu yang membuat nilai foto itu menjadi tinggi. Adegannya
tidak dapat diulang dan tidak dilakukan dengan pura-pura ia ada sebagaimana
adanya.
b. Human interest (daya tarik
manusia)
Foto jurnalistik yang dapat digolongkan
pada jenis ini berkaitan erat dengan masalah-masalah kemanusiaan dan
kemasyarakatan. Ia tidak terlalu asing bagi masyarakat. Hidup ditengah-tengah
masyarakat dan dapat dilihat setiap saat. Tetapi foto ini menyajikan fakta yang
menggugah emosi kemanusiaan, yang menyadarkan masyarakat akan harkat dan
martabat manusia.
Ada pesan kuat yang ingin
disampaikan melaui foto jenis ini, yaitu pesan kemanusiaan. Misalnya foto
tentang kegiatan pagi hari ditepi kali. Dalam foto itu digambarkan keadaan kali
yang sangat kotor tetapi ada yang mandi, gosok gigi, mencuci dan buang hajat.
Dengan foto seperti itu kesadaran masyarakat akan kebersihan digugah, agar
masalah tersebut menjadi pemikiran semua orang.
Dengan demikian foto jurnalistik
jenis ini tidak harus memperhitungkan nilai berita atau kehangatan sebagaimana
foto-foto berita. Walau pun kadang-kadang ia harus mampu berdiri sendiri tanpa
harus bersandar pada penjelasan tertulis yang barangkali perlu ditambahkan
adalah keterangan mengenai lokasi dan waktu pengambilan gambar. Tetapi hal itu
pun tidak perlu dilakukan apabila kita dapat merekam keterangan-keterangan itu dalam foto.
Misalnyaa dengan latar belakang gedung-gedung
atau tulisan tertentu.
Yang penting dalam foto jenis ini
adalah kedekatan masalah yang ingin disajikan dengan masyarakat. Sangat banyak
permasalahan yang dapat kita sajikan tanpa harus mengada-ada. Sering pula
masyarakat menyaksikan kejadian yang kita rekam dalam foto itu sehingga
dianggap biasa. Tetapi dengan foto jenis human interest itu kita justru
menyajikan hal yang biasa itu menjadi tidak biasa. Ada pesan lain yang akan
kita sampaikan dari hal yang biasa itu.
c. Foto essay
Yang dimaksud dengan foto essay adalah
serangkaian gambar atau foto yang merupakan essay. Foto kategori ini sering
dianggap’”otaknya” foto jurnalistik, foto-foto ini menyajikan beerbagai aspek
dari suatu masalah yang kita bahas.Misalnya rangkaian foto terdiri dari :
- Anak-anak sekolahan (dengan seragam sekolah) bergerombol di depan kios
persewaan buku.
- Segerombolan anak sekolah yang secara sembunyi-sembunyimembaca buku
porno.
- Anak-anak sekolahan berada dikomplek pelacuran.
Dari tiga foto itu pembaca diajak
untuk
Merenungkan kejadian-kejadian
tersebut. Hal yang ingin kita sajikan dengan essay foto itu menyangkut
kerawanan buku porno dikalangan pelajar.
Bisa juga essay foto itu dibuat
tanpa harus merupakan
Rentetan peristiwa dengan tokoh
yang sama. Tetapi pesan yang ingin disampaikan utuh.
Misalnya foto
- Tawar-menawar antara dua orang di suatu tempat
yang tersembinyi
- Foto poster tentang bahaya narkotika
- Foto seorang remaja sedang
menghisap rokok dan teler.
Dari rangkaian foto yang tidak
ada hubungannya antara satu dengan yang lain, kita dapat menyampaikan pesan
tentang bahaya narkotika.
Apabila kita dapat menyajikan rangkaian
foto secara menarik, pesan yang akan kita sampaikan melalui essay foto itu akan
lebih mudah ditangkap pembaca daripada kita menyampaikannya dalam tulisan.
d. Foto Cerita
Hampir sama dengan foto essay, foto
cerita: rangkaian foto yang serial untuk menceritakan atau melaporkan suatu
kejadian kepada pembaca. Perbedaan antara foto essay dengan cerita terletak
pada fakta yang disajikan . Apabila permasalahan yang disampaikan dalam foto
essay tidak harus faktual tetapi lebih bersifat opini. Dalam foto cerita, pesan
yang ingin disampaikan bersifat faktual.
Kejadian direkam dalam foto dan disajikan sebagai satu laporan
bergambar.
Misalnya seorang wartawan foto
harus meliput peperangan, ia hanya akan melaporkan situasi perang tersebut
dengan foto-foto yang dibuatnya. Ia tidak harus melaporkannya secara tertulis .
Tetapi apabila laporan tersebut akan dibuat secara tertulis. Ia dapat
menceritakan kepada seorang wartawan tulis yang akan membantunya menuliskan
laporan itu. Tetapi sebagai wartawan foto ia harus mampu menggambarkan situasi
perang tersebut dengan rekaman dalam foto itu.
Di Indonesia kadang-kadang
wartawan tulis dituntut untuk membuat foto. Akibatnya foto yang dibuatnya hanya
merupakan ilustrasi dari laporan tertulis. Kalau pun foto yang dibuat tidak
disertakan, tidak mengurangi paparan tertulis yang dibuatnya. Tetapi dipihak
lain, masih jarang wartawan foto yang
mampu membuat foto cerita secara menarik. Kalau pun ada selalu didukung
dengan laporan tertulis, sehingga menimbulkan kesan bahwa foto yang dibuat itu
tidak cukup kuat menceritakan kejadian yang dilaporkan.
Sebagai contoh foto cerita,
tentang tim sar yang sedang mencari pesawat jatuh dapat dilaporkan dengan foto-foto
:
-
Lokasi tempat pencarian. Di pos komando seorang
komandan tim sar menjelaskan kepada anak buahnya.
-
Tim sar yang sedang operasi. Pesawat helikopter
yang sedang menurunkan anggota tim.
-
Titik pusat jatuhnya pesawat. Seseorang yang
terapung-apung di laut.
-
Pesawat helikopter yang mengangkat korban
-
Korban dimasukkan ke ambulance
-
Data tentang jumlah korban yang hilang
-
Close up para korban.
Dari foto cerita tersebut pembaca
surat kabar akan dapat menangkap pesan secara utuh, suatu cerita yang
berdasarkan fakta.
e. Foto Humor
Yang dimaksud foto humor adalah foto yang
mengandung kelucuan. Walau pun tingkat kelucuan antara seseorang dengan orang
lain berbeda. Namun kelucuan dalam foto homor harus bersifat unik dan universal.
Dengan demikian semua dapat melihat kelucuannya, tanpa seseorang harus
tersinggung dengan foto tersebut.
Misalnya sebuah foto humor tentang barisan
bebek yang sedang menyebrang jalan sementara kendaraan-kendaraan besar seperti
truk, bis dll. Berhenti menunggu iring-iringan bebek itu. Foto seperti itu
mengandung humor sangat unik.
Dalam kehidupan masyarakat kita
kadang-kadang humor itu bersifat kasar. Kelemahan orang lain cacat seseorang
dijadikan obyek lawakan sehingga membuat orang lain tertawa tetapi ada orang
yang harus menjadi korban. Dalam kasus seperti itu tidak ada aspek intelektual
sama sekali. Padahal dalam humor aspek intelektual itu sangat penting. Bahkan
dapat dikatakan esensi foto humor adalah aspek intelektual itu.
Walaupun kadang-kadang memang di
dalam humor terkandung aspek sindiran yang tajam. Namun untuk sampai pada
kondisi untuk menyindir itu harus terjadi olah pikir yang dalam. Sebagai contoh
foto tentang polisi lalu lintas yang mengenakan tempat pistol dipinggang
sebelah kanannya. Ternyata yang nampak bukan pistol tetapi sebungkus rokok.
Dalam contoh foto itu ada aspek
kritik terhadap polisi. Barangkali memang tidak semua orang dapat menangkap
pesan foto itu. Kalau pun sampai pada tingkat kesadaran untuk kemudian tertawa,
telah terjadi olah pikir atau proses intelektual. Yang penting dalam membaut
foto itu jangan memanfaatkan (mengeksploitasi) kelemahan atau cacat orang lain
sebagai bahan. Oleh karena itu dibutuhkan kejelian dan rasa humor yang tinggi
dalam membuat foto humor.
f. Foto Feature
Foto feature merupakan foto
tunggal yang mengandung gagasan untuk disampaikan kepada orang lain. Ia bisa
berupa foto tentang seni, ilmu pengetahuan atau politik dan soal-soal sosial
lainnya. Berbeda dengan essay, foto feature hanya terdiri satu gambar yang
mengundang berbagai penafsiran.
Oleh karena itu foto feature
harus ekspresif. Misalnya foto tentang seseorang yang baru dilepas dari penjara
atau pembebasan tawanan perang . Foto seperti itu dapat direncanakan maksudnya,
untuk mendapatkan rekaman kejadian itu. Kita dapat mempersiapkan segalanya.
Untuk itu banyak aspek yang harus dimengerti dan banyak segi yang dapat kita
sajikan.
g. Foto Olahraga
Yang perlu diperhatikan tentang
gerak atau aksi. Faktor ini selalu , mendapat perhatian dalam olahraga,
misalnya orang lari, perebutan bola di
udara dll Selain gerak/aksi harus dibarengi dengan ekspresi.
Langganan:
Postingan (Atom)