Prof. Dr. R.M. Soelarko
menyebutkan ada beberapa jenis foto jurnalistik.
- Spot News atau Foto Berita
Yang dimaksud dengan foto berita adalah
foto tunggal yang menyajikan satu peristiwa yang beriri sendiri. Artinya, tanpa
keeterangan yang berbelit-belit dan panjang lebar, pembaca surat kabar dapat atau mudah menangkap kesan adanya peristiwa yang bernilai berita. Misalnya
foto tentang pejabat menggunting pita, akan menimbulkan kesan adanya peresmian
suatu tempat. Walau pun foto seperti itu dapat dikatakan sebagai foto berita
tetapi nilai beritanya (news Value) sangat rendah. Kadangkala bahkan foto seperti
iu tidak dimasukkan dalam foto jurnalistik. Hal itu disebabkan oleh faktor
seringnya atau mudah diperolehnya foto seperti itu.
Dengan demikian nilai berita pada
foto jurnalistik itu terleetak pada keanehan atau ketepatan perekaman suatu
peristiwa. Sebagai contoh tentang tabrakan. Apabila foto tersebut hanya
menyajikan peristiwa sesudah tabrakan ada mobil penyok, disampingmya beberapa
orang terkapar dan telah banyak orang mengerumuninya, foto tersebut tidak
terlalu banyak berkata-kata. Apalagi bila dalam gambar itu tidak ada identitas
yang dapat menyatakan tempat kejadian, pembaca akan langsung mengatakan, itu
tabrakan. Tanpa keterangan lebih lanjut yang ditulis, hanya kesan tabrakan itu
yang dapat ditangkap. Tetapi seandainya ada identitas yang dapat menjelaskan
peristiwa itu, akan banyak menolong pembaca untuk memahaminya. Identitas yang
dimaksudkan misalnya, nomor plat mobil yang menunjukkan asal mula mobil
tersebut, rambu-rambu lalu lintas atau tempat kejadian misalnya pagar jalan
atau gedung yang menjadi latarbelakang
kejadian dan seterusnya yang dengan mudah dapat diketahui oleh pembaca.
Dengan identitas-identitas yang
ditonjolkan itu berita yang akan disampaikan kepada pembaca melalui foto itu
semakin banyak. Itu seperti didalam menyajikan foto, harus diusahakan sesedikit
mungkin memberikan penjelasan bersifat tulisan. Melalui foto tersebut, pembaca
disodori sebanyak mungkin fakta.
Foto jurnalistik yang paling
tinggi atau bobot beritanya selalu menyangkut suatu kejadian dan tepat waktu.
Misalnya tentang tabrakan. Di Saat tabrakan itu terjadi ada faktor lain yang
memperkuat atau menambah nilai berita. Faktor-faktor penunjangnya adalah
ekspresi orang yang melihatnya, yang ada disekitar tempat itu.
Ketepatan itu yang seringkali
tidak dapat direncanakan dan lebih banyak ditentukan oleh faktor kebetulan dan
keberuntungan. Faktor itu yang membuat nilai foto itu menjadi tinggi. Adegannya
tidak dapat diulang dan tidak dilakukan dengan pura-pura ia ada sebagaimana
adanya.
b. Human interest (daya tarik
manusia)
Foto jurnalistik yang dapat digolongkan
pada jenis ini berkaitan erat dengan masalah-masalah kemanusiaan dan
kemasyarakatan. Ia tidak terlalu asing bagi masyarakat. Hidup ditengah-tengah
masyarakat dan dapat dilihat setiap saat. Tetapi foto ini menyajikan fakta yang
menggugah emosi kemanusiaan, yang menyadarkan masyarakat akan harkat dan
martabat manusia.
Ada pesan kuat yang ingin
disampaikan melaui foto jenis ini, yaitu pesan kemanusiaan. Misalnya foto
tentang kegiatan pagi hari ditepi kali. Dalam foto itu digambarkan keadaan kali
yang sangat kotor tetapi ada yang mandi, gosok gigi, mencuci dan buang hajat.
Dengan foto seperti itu kesadaran masyarakat akan kebersihan digugah, agar
masalah tersebut menjadi pemikiran semua orang.
Dengan demikian foto jurnalistik
jenis ini tidak harus memperhitungkan nilai berita atau kehangatan sebagaimana
foto-foto berita. Walau pun kadang-kadang ia harus mampu berdiri sendiri tanpa
harus bersandar pada penjelasan tertulis yang barangkali perlu ditambahkan
adalah keterangan mengenai lokasi dan waktu pengambilan gambar. Tetapi hal itu
pun tidak perlu dilakukan apabila kita dapat merekam keterangan-keterangan itu dalam foto.
Misalnyaa dengan latar belakang gedung-gedung
atau tulisan tertentu.
Yang penting dalam foto jenis ini
adalah kedekatan masalah yang ingin disajikan dengan masyarakat. Sangat banyak
permasalahan yang dapat kita sajikan tanpa harus mengada-ada. Sering pula
masyarakat menyaksikan kejadian yang kita rekam dalam foto itu sehingga
dianggap biasa. Tetapi dengan foto jenis human interest itu kita justru
menyajikan hal yang biasa itu menjadi tidak biasa. Ada pesan lain yang akan
kita sampaikan dari hal yang biasa itu.
c. Foto essay
Yang dimaksud dengan foto essay adalah
serangkaian gambar atau foto yang merupakan essay. Foto kategori ini sering
dianggap’”otaknya” foto jurnalistik, foto-foto ini menyajikan beerbagai aspek
dari suatu masalah yang kita bahas.Misalnya rangkaian foto terdiri dari :
- Anak-anak sekolahan (dengan seragam sekolah) bergerombol di depan kios
persewaan buku.
- Segerombolan anak sekolah yang secara sembunyi-sembunyimembaca buku
porno.
- Anak-anak sekolahan berada dikomplek pelacuran.
Dari tiga foto itu pembaca diajak
untuk
Merenungkan kejadian-kejadian
tersebut. Hal yang ingin kita sajikan dengan essay foto itu menyangkut
kerawanan buku porno dikalangan pelajar.
Bisa juga essay foto itu dibuat
tanpa harus merupakan
Rentetan peristiwa dengan tokoh
yang sama. Tetapi pesan yang ingin disampaikan utuh.
Misalnya foto
- Tawar-menawar antara dua orang di suatu tempat
yang tersembinyi
- Foto poster tentang bahaya narkotika
- Foto seorang remaja sedang
menghisap rokok dan teler.
Dari rangkaian foto yang tidak
ada hubungannya antara satu dengan yang lain, kita dapat menyampaikan pesan
tentang bahaya narkotika.
Apabila kita dapat menyajikan rangkaian
foto secara menarik, pesan yang akan kita sampaikan melalui essay foto itu akan
lebih mudah ditangkap pembaca daripada kita menyampaikannya dalam tulisan.
d. Foto Cerita
Hampir sama dengan foto essay, foto
cerita: rangkaian foto yang serial untuk menceritakan atau melaporkan suatu
kejadian kepada pembaca. Perbedaan antara foto essay dengan cerita terletak
pada fakta yang disajikan . Apabila permasalahan yang disampaikan dalam foto
essay tidak harus faktual tetapi lebih bersifat opini. Dalam foto cerita, pesan
yang ingin disampaikan bersifat faktual.
Kejadian direkam dalam foto dan disajikan sebagai satu laporan
bergambar.
Misalnya seorang wartawan foto
harus meliput peperangan, ia hanya akan melaporkan situasi perang tersebut
dengan foto-foto yang dibuatnya. Ia tidak harus melaporkannya secara tertulis .
Tetapi apabila laporan tersebut akan dibuat secara tertulis. Ia dapat
menceritakan kepada seorang wartawan tulis yang akan membantunya menuliskan
laporan itu. Tetapi sebagai wartawan foto ia harus mampu menggambarkan situasi
perang tersebut dengan rekaman dalam foto itu.
Di Indonesia kadang-kadang
wartawan tulis dituntut untuk membuat foto. Akibatnya foto yang dibuatnya hanya
merupakan ilustrasi dari laporan tertulis. Kalau pun foto yang dibuat tidak
disertakan, tidak mengurangi paparan tertulis yang dibuatnya. Tetapi dipihak
lain, masih jarang wartawan foto yang
mampu membuat foto cerita secara menarik. Kalau pun ada selalu didukung
dengan laporan tertulis, sehingga menimbulkan kesan bahwa foto yang dibuat itu
tidak cukup kuat menceritakan kejadian yang dilaporkan.
Sebagai contoh foto cerita,
tentang tim sar yang sedang mencari pesawat jatuh dapat dilaporkan dengan foto-foto
:
-
Lokasi tempat pencarian. Di pos komando seorang
komandan tim sar menjelaskan kepada anak buahnya.
-
Tim sar yang sedang operasi. Pesawat helikopter
yang sedang menurunkan anggota tim.
-
Titik pusat jatuhnya pesawat. Seseorang yang
terapung-apung di laut.
-
Pesawat helikopter yang mengangkat korban
-
Korban dimasukkan ke ambulance
-
Data tentang jumlah korban yang hilang
-
Close up para korban.
Dari foto cerita tersebut pembaca
surat kabar akan dapat menangkap pesan secara utuh, suatu cerita yang
berdasarkan fakta.
e. Foto Humor
Yang dimaksud foto humor adalah foto yang
mengandung kelucuan. Walau pun tingkat kelucuan antara seseorang dengan orang
lain berbeda. Namun kelucuan dalam foto homor harus bersifat unik dan universal.
Dengan demikian semua dapat melihat kelucuannya, tanpa seseorang harus
tersinggung dengan foto tersebut.
Misalnya sebuah foto humor tentang barisan
bebek yang sedang menyebrang jalan sementara kendaraan-kendaraan besar seperti
truk, bis dll. Berhenti menunggu iring-iringan bebek itu. Foto seperti itu
mengandung humor sangat unik.
Dalam kehidupan masyarakat kita
kadang-kadang humor itu bersifat kasar. Kelemahan orang lain cacat seseorang
dijadikan obyek lawakan sehingga membuat orang lain tertawa tetapi ada orang
yang harus menjadi korban. Dalam kasus seperti itu tidak ada aspek intelektual
sama sekali. Padahal dalam humor aspek intelektual itu sangat penting. Bahkan
dapat dikatakan esensi foto humor adalah aspek intelektual itu.
Walaupun kadang-kadang memang di
dalam humor terkandung aspek sindiran yang tajam. Namun untuk sampai pada
kondisi untuk menyindir itu harus terjadi olah pikir yang dalam. Sebagai contoh
foto tentang polisi lalu lintas yang mengenakan tempat pistol dipinggang
sebelah kanannya. Ternyata yang nampak bukan pistol tetapi sebungkus rokok.
Dalam contoh foto itu ada aspek
kritik terhadap polisi. Barangkali memang tidak semua orang dapat menangkap
pesan foto itu. Kalau pun sampai pada tingkat kesadaran untuk kemudian tertawa,
telah terjadi olah pikir atau proses intelektual. Yang penting dalam membaut
foto itu jangan memanfaatkan (mengeksploitasi) kelemahan atau cacat orang lain
sebagai bahan. Oleh karena itu dibutuhkan kejelian dan rasa humor yang tinggi
dalam membuat foto humor.
f. Foto Feature
Foto feature merupakan foto
tunggal yang mengandung gagasan untuk disampaikan kepada orang lain. Ia bisa
berupa foto tentang seni, ilmu pengetahuan atau politik dan soal-soal sosial
lainnya. Berbeda dengan essay, foto feature hanya terdiri satu gambar yang
mengundang berbagai penafsiran.
Oleh karena itu foto feature
harus ekspresif. Misalnya foto tentang seseorang yang baru dilepas dari penjara
atau pembebasan tawanan perang . Foto seperti itu dapat direncanakan maksudnya,
untuk mendapatkan rekaman kejadian itu. Kita dapat mempersiapkan segalanya.
Untuk itu banyak aspek yang harus dimengerti dan banyak segi yang dapat kita
sajikan.
g. Foto Olahraga
Yang perlu diperhatikan tentang
gerak atau aksi. Faktor ini selalu , mendapat perhatian dalam olahraga,
misalnya orang lari, perebutan bola di
udara dll Selain gerak/aksi harus dibarengi dengan ekspresi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar