KESEDERHANAAN DALAM HITAM PUTIH

Warna secara psikologis punya pengaruh terhadap rasa. Warna-warna tertentu menjadi simbol dari sesuatu. Merah misalnya melambangkan keberanian, hitam melambangkan kemurungan, putih melambangkan kesucian. Warna-warna terang melambangkan keceriaan. Warna hitam putih adalah warna yang menunjukkan kesederhanaan.

Dalam dunia fotografi, warna merupakan salah satu elemen penting dalam membuat suatu karya foto. Menatap karya foto hitam putih, kadang menimbulkan kesan yang lain. Kadang timbul eksotis, mistis, religis dan menunjukkan pernyataan yang lebih bermakna mendalam. Pernyataan Ansel Adam seniman fotografi abad ini "Forget what it looks like. How does is feel?" Menjadi tak berlebihan dalam kontek ini.

Kesederhanaan sebuah kata yang mudah sekali diucapkan tapi sulit untuk dilaksanakan. Dalam kondisi bangsa yang mempunyai utang ribuan trilyun, kesederhanaan menjadi kata kunci yang semestinya dilakukan mulai dari pejabat kelurahan sampai pejabat paling tinggi beserta wakil-wakil rakyatnya. Mereka semestinya bisa menjadi panutan masyarakat.

Apakah mereka bisa menjadi panutan dalam hal kesederhanaan ?....................................................

Justru dalam kehidupan petani, nelayan, buruh, orang yang terpinggirkan kadang kita malah bisa menemukan contoh kesederhanaan.

Bisakah kita berkesederhanaan? .............................

Selasa, 18 Maret 2014

Jenis Foto Jurnalistik


Jenis Foto Jurnalistik

Prof. Dr. R.M. Soelarko menyebutkan ada beberapa jenis foto jurnalistik.

  1. Spot News atau Foto Berita         
      Yang dimaksud dengan foto berita adalah foto tunggal yang menyajikan satu peristiwa yang beriri sendiri. Artinya, tanpa keeterangan yang berbelit-belit dan panjang lebar, pembaca surat kabar dapat atau mudah menangkap kesan adanya peristiwa yang bernilai berita. Misalnya foto tentang pejabat menggunting pita, akan menimbulkan kesan adanya peresmian suatu tempat. Walau pun foto seperti itu dapat dikatakan sebagai foto berita tetapi nilai beritanya (news Value) sangat rendah. Kadangkala bahkan foto seperti iu tidak dimasukkan dalam foto jurnalistik. Hal itu disebabkan oleh faktor seringnya atau mudah diperolehnya foto seperti itu.
Dengan demikian nilai berita pada foto jurnalistik itu terleetak pada keanehan atau ketepatan perekaman suatu peristiwa. Sebagai contoh tentang tabrakan. Apabila foto tersebut hanya menyajikan peristiwa sesudah tabrakan ada mobil penyok, disampingmya beberapa orang terkapar dan telah banyak orang mengerumuninya, foto tersebut tidak terlalu banyak berkata-kata. Apalagi bila dalam gambar itu tidak ada identitas yang dapat menyatakan tempat kejadian, pembaca akan langsung mengatakan, itu tabrakan. Tanpa keterangan lebih lanjut yang ditulis, hanya kesan tabrakan itu yang dapat ditangkap. Tetapi seandainya ada identitas yang dapat menjelaskan peristiwa itu, akan banyak menolong pembaca untuk memahaminya. Identitas yang dimaksudkan misalnya, nomor plat mobil yang menunjukkan asal mula mobil tersebut, rambu-rambu lalu lintas atau tempat kejadian misalnya pagar jalan atau gedung  yang menjadi latarbelakang kejadian dan seterusnya yang dengan mudah dapat diketahui oleh pembaca.
Dengan identitas-identitas yang ditonjolkan itu berita yang akan disampaikan kepada pembaca melalui foto itu semakin banyak. Itu seperti didalam menyajikan foto, harus diusahakan sesedikit mungkin memberikan penjelasan bersifat tulisan. Melalui foto tersebut, pembaca disodori sebanyak mungkin fakta.
Foto jurnalistik yang paling tinggi atau bobot beritanya selalu menyangkut suatu kejadian dan tepat waktu. Misalnya tentang tabrakan. Di Saat tabrakan itu terjadi ada faktor lain yang memperkuat atau menambah nilai berita. Faktor-faktor penunjangnya adalah ekspresi orang yang melihatnya, yang ada disekitar tempat itu.
Ketepatan itu yang seringkali tidak dapat direncanakan dan lebih banyak ditentukan oleh faktor kebetulan dan keberuntungan. Faktor itu yang membuat nilai foto itu menjadi tinggi. Adegannya tidak dapat diulang dan tidak dilakukan dengan pura-pura ia ada sebagaimana adanya.

b. Human interest (daya tarik manusia)
     Foto jurnalistik yang dapat digolongkan pada jenis ini berkaitan erat dengan masalah-masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan. Ia tidak terlalu asing bagi masyarakat. Hidup ditengah-tengah masyarakat dan dapat dilihat setiap saat. Tetapi foto ini menyajikan fakta yang menggugah emosi kemanusiaan, yang menyadarkan masyarakat akan harkat dan martabat manusia.
Ada pesan kuat yang ingin disampaikan melaui foto jenis ini, yaitu pesan kemanusiaan. Misalnya foto tentang kegiatan pagi hari ditepi kali. Dalam foto itu digambarkan keadaan kali yang sangat kotor tetapi ada yang mandi, gosok gigi, mencuci dan buang hajat. Dengan foto seperti itu kesadaran masyarakat akan kebersihan digugah, agar masalah tersebut menjadi pemikiran semua orang.
Dengan demikian foto jurnalistik jenis ini tidak harus memperhitungkan nilai berita atau kehangatan sebagaimana foto-foto berita. Walau pun kadang-kadang ia harus mampu berdiri sendiri tanpa harus bersandar pada penjelasan tertulis yang barangkali perlu ditambahkan adalah keterangan mengenai lokasi dan waktu pengambilan gambar. Tetapi hal itu pun tidak perlu dilakukan apabila kita dapat merekam  keterangan-keterangan itu dalam foto. Misalnyaa dengan latar belakang gedung-gedung  atau tulisan tertentu.
Yang penting dalam foto jenis ini adalah kedekatan masalah yang ingin disajikan dengan masyarakat. Sangat banyak permasalahan yang dapat kita sajikan tanpa harus mengada-ada. Sering pula masyarakat menyaksikan kejadian yang kita rekam dalam foto itu sehingga dianggap biasa. Tetapi dengan foto jenis human interest itu kita justru menyajikan hal yang biasa itu menjadi tidak biasa. Ada pesan lain yang akan kita sampaikan dari hal yang biasa itu.

     c. Foto essay
         Yang dimaksud dengan foto essay adalah serangkaian gambar atau foto yang merupakan essay. Foto kategori ini sering dianggap’”otaknya” foto jurnalistik, foto-foto ini menyajikan beerbagai aspek dari suatu masalah yang kita bahas.Misalnya rangkaian foto terdiri dari :
      - Anak-anak sekolahan (dengan seragam sekolah) bergerombol di depan kios persewaan buku.
       - Segerombolan anak sekolah yang secara sembunyi-sembunyimembaca buku porno.
       - Anak-anak sekolahan berada dikomplek pelacuran.
Dari tiga foto itu pembaca diajak untuk
Merenungkan kejadian-kejadian tersebut. Hal yang ingin kita sajikan dengan essay foto itu menyangkut kerawanan buku porno dikalangan pelajar.
Bisa juga essay foto itu dibuat tanpa  harus merupakan
Rentetan peristiwa dengan tokoh yang sama. Tetapi pesan yang ingin disampaikan utuh. 
Misalnya foto
      - Tawar-menawar antara dua orang di suatu tempat yang tersembinyi
       -  Foto poster tentang bahaya narkotika
 - Foto seorang remaja sedang menghisap rokok dan teler.
Dari rangkaian foto yang tidak ada hubungannya antara satu dengan yang lain, kita dapat menyampaikan pesan tentang bahaya narkotika.
     Apabila kita dapat menyajikan rangkaian foto secara menarik, pesan yang akan kita sampaikan melalui essay foto itu akan lebih mudah ditangkap pembaca daripada kita menyampaikannya dalam tulisan.

     d. Foto Cerita
          Hampir sama dengan foto essay, foto cerita: rangkaian foto yang serial untuk menceritakan atau melaporkan suatu kejadian kepada pembaca. Perbedaan antara foto essay dengan cerita terletak pada fakta yang disajikan . Apabila permasalahan yang disampaikan dalam foto essay tidak harus faktual tetapi lebih bersifat opini. Dalam foto cerita, pesan yang ingin disampaikan bersifat faktual.  Kejadian direkam dalam foto dan disajikan sebagai satu laporan bergambar.
Misalnya seorang wartawan foto harus meliput peperangan, ia hanya akan melaporkan situasi perang tersebut dengan foto-foto yang dibuatnya. Ia tidak harus melaporkannya secara tertulis . Tetapi apabila laporan tersebut akan dibuat secara tertulis. Ia dapat menceritakan kepada seorang wartawan tulis yang akan membantunya menuliskan laporan itu. Tetapi sebagai wartawan foto ia harus mampu menggambarkan situasi perang tersebut dengan rekaman dalam foto itu.
Di Indonesia kadang-kadang wartawan tulis dituntut untuk membuat foto. Akibatnya foto yang dibuatnya hanya merupakan ilustrasi dari laporan tertulis. Kalau pun foto yang dibuat tidak disertakan, tidak mengurangi paparan tertulis yang dibuatnya. Tetapi dipihak lain, masih jarang wartawan foto yang  mampu membuat foto cerita secara menarik. Kalau pun ada selalu didukung dengan laporan tertulis, sehingga menimbulkan kesan bahwa foto yang dibuat itu tidak cukup kuat menceritakan kejadian yang dilaporkan.
Sebagai contoh foto cerita, tentang tim sar yang sedang mencari pesawat jatuh dapat dilaporkan dengan foto-foto :
-          Lokasi tempat pencarian. Di pos komando seorang komandan tim sar menjelaskan kepada anak buahnya.
-          Tim sar yang sedang operasi. Pesawat helikopter yang sedang menurunkan anggota tim.
-          Titik pusat jatuhnya pesawat. Seseorang yang terapung-apung di laut.
-          Pesawat helikopter yang mengangkat korban
-          Korban dimasukkan ke ambulance
-          Data tentang jumlah korban yang hilang
-          Close up para korban.
Dari foto cerita tersebut pembaca surat kabar akan dapat menangkap pesan secara utuh, suatu cerita yang berdasarkan fakta.

e. Foto Humor
    Yang dimaksud foto humor adalah foto yang mengandung kelucuan. Walau pun tingkat kelucuan antara seseorang dengan orang lain berbeda. Namun kelucuan dalam foto homor harus bersifat unik dan universal. Dengan demikian semua dapat melihat kelucuannya, tanpa seseorang harus tersinggung dengan foto tersebut.
    Misalnya sebuah foto humor tentang barisan bebek yang sedang menyebrang jalan sementara kendaraan-kendaraan besar seperti truk, bis dll. Berhenti menunggu iring-iringan bebek itu. Foto seperti itu mengandung humor sangat unik.
     Dalam kehidupan masyarakat kita kadang-kadang humor itu bersifat kasar. Kelemahan orang lain cacat seseorang dijadikan obyek lawakan sehingga membuat orang lain tertawa tetapi ada orang yang harus menjadi korban. Dalam kasus seperti itu tidak ada aspek intelektual sama sekali. Padahal dalam humor aspek intelektual itu sangat penting. Bahkan dapat dikatakan esensi foto humor adalah aspek intelektual itu.
Walaupun kadang-kadang memang di dalam humor terkandung aspek sindiran yang tajam. Namun untuk sampai pada kondisi untuk menyindir itu harus terjadi olah pikir yang dalam. Sebagai contoh foto tentang polisi lalu lintas yang mengenakan tempat pistol dipinggang sebelah kanannya. Ternyata yang nampak bukan pistol tetapi sebungkus rokok.
Dalam contoh foto itu ada aspek kritik terhadap polisi. Barangkali memang tidak semua orang dapat menangkap pesan foto itu. Kalau pun sampai pada tingkat kesadaran untuk kemudian tertawa, telah terjadi olah pikir atau proses intelektual. Yang penting dalam membaut foto itu jangan memanfaatkan (mengeksploitasi) kelemahan atau cacat orang lain sebagai bahan. Oleh karena itu dibutuhkan kejelian dan rasa humor yang tinggi dalam membuat foto humor.

f. Foto Feature
Foto feature merupakan foto tunggal yang mengandung gagasan untuk disampaikan kepada orang lain. Ia bisa berupa foto tentang seni, ilmu pengetahuan atau politik dan soal-soal sosial lainnya. Berbeda dengan essay, foto feature hanya terdiri satu gambar yang mengundang berbagai penafsiran.
Oleh karena itu foto feature harus ekspresif. Misalnya foto tentang seseorang yang baru dilepas dari penjara atau pembebasan tawanan perang . Foto seperti itu dapat direncanakan maksudnya, untuk mendapatkan rekaman kejadian itu. Kita dapat mempersiapkan segalanya. Untuk itu banyak aspek yang harus dimengerti dan banyak segi yang dapat kita sajikan.

g. Foto Olahraga
Yang perlu diperhatikan tentang gerak atau aksi. Faktor ini selalu , mendapat perhatian dalam olahraga, misalnya orang lari,  perebutan bola di udara dll Selain gerak/aksi harus dibarengi dengan ekspresi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar