Fotografi di dalam kerja
jurnalistik mempunyai peranan yang sangat penting. Ibarat masakan, foto dalam
surat kabar atau majalah dapat diumpamakan sebagai bumbu penyedap. Bahkan foto berperan
untuk mempercantik wajah media cetak dan membuat pembaca tidak lelah. Apa pun
dan bagaimanapun bentuk foto itu, akan merupakan variasi yang sama sekali lain
dengan tulisan yang hanya berisi huruf-huruf yang teratur rapi.
Namun demikian sebagai penyedap,
tidak semua foto dapat dimasukkan atau ditampilkan di surat kabar atau majalah
ada kaidah-kaidah tertentu yang harus dipenuhi dalam menampilkan foto di surat
kabar atau majalah.
Di majalah, foto-foto yang
dipajang di sampul depan bukan sekedar pajangan. Walaupun mungkin sampul depan
majalah itu merupakan etalase yang menyajikan berbagai tawaran kepada pembaca
untuk memasuki ruang-ruang yang ada. Melihat-lihat isi dan akhirnya membelinya.
Namun foto sampul menyiratkan satu tema atau sajian berita.
Pemuatan foto yang menyiratkan
tema atau sajian berita itu biasanya memang dipakai oleh majalah-majalah
berita. Sedangkan majalah-majalah yang bersifat populer, majalah keluarga atau
wanita, majalah mode dsb. Cenderung memajang foto model yang menonjolkan
keindahan. Foto tersebut seringkali tidak mempunyai kaitan sama sekali dengan
isinya.
Prof. Dr. RM. Soelarko dalam
bukunya “Fotografi untuk nafkah” menyatakan, cover majalah dapat memuat foto
yang menjadi bagian dari satu cerita dalam majalah itu yang disebut “cover
story”. Diambil dari segi gambar-gambar yang dibuat dalam menghimpun cerita
itu, maka foto yang terpilih dengan sendirinya harus memiliki sifat-sifat
Memiliki news content
Disajikan dengan jelas hingga mendukung
ceritanya
Teknik dan artistik disampaikan dengan baik
“Cover Story” atau sampul cerita itu banyak
digunakan oleh majalah umum atau majalah berita yang serius sifatnya. Dengan
demikian, sebenarnya foto di majalah atau surat kabar itu merupakan visualisasi
suatu kejadian, peristiwa atau berita. Oleh karena itu seluruh persyaratan yang
berlaku bagi penulisan berita juga berlaku bagi pembuatan foto jurnalistik.
Daya tarik yang berlaku bagi berita seperti
konflik, seks, human interest (daya tarik manusiawi), kedekatan, kebaruan
dst-nya itu juga berlaku untuk foto jurnalistik. Tetapi sering kali majalah atau
surat kabar yang bersifat populer cenderung untuk menonjolkan unsur seksualitas
sebagai satu-satunya daya tarik, walaupun ada pula yang mencoba menampilkan
unsur kriminal seperti yang terdapat pada majalh-majalah kriminal.
Khusus bagi surat kabar atau
majalah olah raga, foto sampul yang dipajang selalu berkaitan erat dengan
olahraga tentunya kaidah menampilkan “ cover story” pada majalah olahraga juga
harus dipenuhi. Daya tarik utama yang dipergunakan untuk bidang olahraga ini
adalah “Action” yang memancing emosi pembaca, apakah itu tegang, senang atau
sedih.
Apapun bentuk yang disajikan oleh
surat kabar atau majalah dengan memuat foto dihalaman depan atau sampul, maksud
yang terkandung dibalik pemajangan foto sebenarnya mendorong masyarakat untuk
membeli produk tersebut. Itu berarti foto yang dipajang harus menarik minat
masyarakat untuk membelinya. Dengan kata lain sebenarnya foto tersebut
berfungsi sebagai iklan. Tetapi harus dibedakan dengan foto iklan yang memang
benar-benar untuk iklan.
Untuk foto iklan, daya
tariknya ditumpukan pada keindahan atau
artistiknya. Sedangkan untuk foto jurnalistik, daya tariknya ditekankan pada
kekuatan ekspresi kejadian atau peristiwa yang digambarkannya.
Dengan demikian foto didalam
surat kabar atau majalah dapat dibedakan fungsinya sebagai iklan, penunjang
berita (Ilustrasi) atau berita.
Secara khusus sebenarnya ada
perbedaan yang mendasar antara foto untuk majalah yang terbit mingguan, dwi
mingguan atau bulanan, dengan foto untuk surat kabar harian.
Seperti halnya berita dalam surat
kabar harian yang selalu mengutamakan (Hot), foto pun memerlukan kehangatan.
Namun demikian ada kelebihan foto dibandingkan dengan berita tulisan. Kelebihan
tersebut terletak pada kurun waktu aktualisasinya. Sebagai visualisasi suatu
kejadian, ia memiliki usia yang lebih panjang, lebih abadi . Sedangkan untuk
majalah, kecepatan dan kehangatan tersebut tidak terlalu dibutuhkan.
Foto-foto dimajalah lebih
dimaksudkan sebagai penunjang (Ilustrasi) tulisan yang karenanya tidak berdiri
sendiri. Namun majalah dapat menyaksikan (foto) sehingga pesan yang ingin
disampaikan pun lebih mudah ditangkap pembacanya. Ini yang tidak mungkin
dilakukan oleh surat kabar harian, yang lebih mengutamakan tulisan daripada
foto (visual). Itu sebabnya presentase foto di surat kabar sangat sedikit,
sedangkan di majalah ada perimbangan antara foto dengan tulisan.
Ada persamaan sifat tulisan berita
dengan foto berita yaitu sama-sama mampu mencekam emosi pembacanya untuk dibawa
seolah-olah menghadapi suatu peristiwa. Tetapi harus diakui bahwa foto jauh
lebih unggul dalam merekam peristiwa. Ia tidak mungkin berbohong atau
menutup-nutupi bagian-bagian tertentu peristiwa itu. Ia lebih cepat ditangkap
dan dimengerti, tanpa harus didahului dengan membaca keterangannnya.
Sedangkan tulisan berita membutuhkan imajinasi penulisnya untuk menggambarkan
suatu peristiwa secara lengkap. Lagipula
ada emosi penulis yang ikut terbawa ketika menceritakan suatu peristiwa,
sehingga pembaca pun dipengaruhi emosi penulisnya itu.
Dilihat dari perbedaanya, foto
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
A. Mudah di buat
Foto sangat mudah dibuat . Siapa
pun juga dapat melakukannya. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang sangat
cepat, peralatan foto yang canggih ditawarkan kepada kita. Tanpa dibutuhkan
pengetahuan atau keterampilan, peralatan foto yang otomatis (kamera instamatik)
dapat merekam peristiwa atau kejadian yang ada didepannya.
Kini bahkan tidak sekedar
merekam, kamera-kamera polaroid yang banyak dijual memudahkan kita untuk
merekam peristiwa atau kejadin langsung jadi. Dengan teknologi yang lebih
canggih kamera digital jauh memudahkan kita untuk merekam.
B. Akurat
Foto juga mempunyai kelebihan didalam
merekam peristiwa atau kejadian. Ia selalu akurat dan tidak pernah berbohong.
Ia merekam apa yang kelihatan dan menyajikannya sebagaimana adanya. Dengan
demikian dalam karya jurnalistik, wartawan foto telah merekam dengan kamera dan
dapat dilihat di foto.
C. Universal
Sebagai bahsa visual, foto mempunyai
sifat universal. Artinya ia dapat berlaku dimana saja tanpa kita harus
menerjemahkannya ke dalam berbagai bahasa. Sebuah foto akan berbicara secara
visual tentang kejadian yang direkam kepada berbagai orang scara sama ; tidak
akan menunjukkan dirinya berbeda diantara satu dan orang lain. Misalnya foto
tentang orang terkapar di jalan, akan dimengerti oleh semua orang bahwa foto
itu menggambarkan bahwa orang itu terkapar di jalan. Di Eropa, di Amerika atau
di Afrika mau pun di Asia, foto seperti itu akan menimbulkan kesan yang sama
bagi yang melihatnya. Ini yang berbeda dengan bahasa tulis . Bahasa tulisan
perlu menggambarkan secara jelas dan tepat. Jangan sampai ada pengertian
yang berbeda apabila diterjemahkan dalam bahasa yang lain, misalnya maksudnya
terkapar tetapi ditempat lain diartikan sebagai tidur.
D. Visual
Berbeda dengan bahasa tulisan,
foto meerupakan bahasa visual yang mudah ditangkap dan dimengerti tanpa orang
harus membaca dan mencurahkan artinya.
Dengan demikian foto dapat
mengatakan sesuatu kepada orang yang pandai dan yang bodoh sekaligus secara
sama. Bahkan anak-anak yang belum dapat mambaca pun dapat menangkap satu
pengertian tentang foto.
E. Kompak
Dilihat dari komposisi yang tersaji
dalam gambar, foto dapat menjelaskan substansi berita itu secara kompak,
teratur ia menyajikan gambar secara runtut sesuai dengan kejadian yang direkam.
Tidak ada tumpang tindih, sehingga menimbulkan kesan gampang dimengerti dan
karenanya dengan mudah pula merangsang reaksi orang yang melihatnya.
F. Selalu Aktual
Berbeda dengan tulisan yang
ditandai dengan waktu penulisannya, foto tidak mengenal tanda waktu itu sifat
foto yang selalu aktual itu terletak pada rekaman yang ekspresif yang selalu
dapat menggugah eemosi orang yang melihatnya. Nilai aktual yang seperti itulah
yang membuat foto selalu menarik . Ia merupakan dokumen otentik yang tidak dapat
dibantah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar