KESEDERHANAAN DALAM HITAM PUTIH

Warna secara psikologis punya pengaruh terhadap rasa. Warna-warna tertentu menjadi simbol dari sesuatu. Merah misalnya melambangkan keberanian, hitam melambangkan kemurungan, putih melambangkan kesucian. Warna-warna terang melambangkan keceriaan. Warna hitam putih adalah warna yang menunjukkan kesederhanaan.

Dalam dunia fotografi, warna merupakan salah satu elemen penting dalam membuat suatu karya foto. Menatap karya foto hitam putih, kadang menimbulkan kesan yang lain. Kadang timbul eksotis, mistis, religis dan menunjukkan pernyataan yang lebih bermakna mendalam. Pernyataan Ansel Adam seniman fotografi abad ini "Forget what it looks like. How does is feel?" Menjadi tak berlebihan dalam kontek ini.

Kesederhanaan sebuah kata yang mudah sekali diucapkan tapi sulit untuk dilaksanakan. Dalam kondisi bangsa yang mempunyai utang ribuan trilyun, kesederhanaan menjadi kata kunci yang semestinya dilakukan mulai dari pejabat kelurahan sampai pejabat paling tinggi beserta wakil-wakil rakyatnya. Mereka semestinya bisa menjadi panutan masyarakat.

Apakah mereka bisa menjadi panutan dalam hal kesederhanaan ?....................................................

Justru dalam kehidupan petani, nelayan, buruh, orang yang terpinggirkan kadang kita malah bisa menemukan contoh kesederhanaan.

Bisakah kita berkesederhanaan? .............................

Jumat, 20 Mei 2011

ANSEL ADAMS, MAESTRO FOTO HITAM PUTIH

FOTOMEDIA. No. 4, 1994. ARBAIN RAMBEY

Siapapun yang tidak kenal nama Ansel Adams, sulit untuk mengklaim bahwa dirinya adalah penggemar fotografi hitam putih. Ansel Adams yang fotografer asal AS ini, bisa dikatakan merupakan salah satu fotografer hitam putih yang paling menonjol.
Karya-karya Adams yang hampir semua merupakan foto pemandangan dan alam benda, sangat indah dan khas. Kehalusan detil, kontras foto dan juga keunggulan teknis lain pada foto-foto karyanya sulit ditiru atau bahkan disamai siapapun.
Dalam foto-foto karya Adams, semua nada muncul dengan sangat pas. Hitam pekat sampai putih total semuanya tersaji dalam porsi yang sebaiknya jangan diubah lagi. Dan itulah sebabnya hampir semua cetakan asli karya Adams berharga sampai jutaan rupiah perlembarnya.
Popularitas Adams didapat dari usahanya yang sangat keras di bidang fotografi hitam putih. Ia sangat intens dalam mempelajari sifat-sifat film dan kertas hitam putih. Pendalamannya yang merupakan gabungan antara teori dasar fotografi dan pengalaman empiris itu, akhirnya membuahkan teori sistem zona (zone system) yang banyak dianut para fotografer hitam putih di dunia.
Pendekatan yang dilakukan Adams dalam menghasilkan sebuah foto adalah proses-proses yang tidak sederhana. Bagi fotografer otodidak ini, sebuah foto adalah media analisis. Foto adalah aksi manusia atas kesadarannya pada alam, seperti dikatakan Adams dalam sebuah publikasi cetak perusahaan peralatan fotografi Hasselblad dari Swedia.
Bagi Adams, fotografi adalah seni mengamati suatu keadaan, dan efektivitas fotografi ditentukan oleh kuat dan intensnya sebuah pengamatan. Hanya pengamatan dan keputusan hasil pengamatan yang kuat yang akan menghasilkan foto bermutu. Fotografi sangat terbatas yaitu cuma tersaji pada sehelai kertas, namun dengan keterbatasannya itu, kalau diolah dengan benar sebuah foto justru akan memiliki kekuatan yang sangat besar.
Dengan definisi tentang pengolahan dari pengalaman itu, Adams mengatakan bahwa tidak ada teori komposisi yang bisa dianut.
"Tidak ada hukum pasti tentang komposisi dalam fotografi. Yang ada hanyalah foto baik atau foto buruk!." kata Adams. Ucapannya itu seakan menegaskan bahwa foto yang baik itu memang baik, bukan karena komposisinya atau hal-hal lain.
Ucapan Adams barangkali banyak benernya. Karya-karya fotografer top biasanya memang mengabaikan teori komposisi. Alex Webb dari kantor berita foto Magnum misalnya, justru sering dengan sengaja memasang sebuah pohon hitam melintang di tengah fotonya, namun justru menghasilkan foto yang menarik. Fotografer pemenang Pulitzer, Eddie Adams, bahkan mengatakan bahwa untuk belajar komposisi sebaiknya sering melihat komik.
Sebenarnya, foto karya Ansel Adams sudah tercipta sebelum ia menjepretkan rana kamera format besarnya (sejak beberapa tahun lalu Ansel Adams juga menggunakan kamera medium format).
Sebelum memotret suatu pemandangan misalnya, di otak Adams telah berlangsung berbagai visualisasi pada hasil final fotonya nanti. Inti utama rancangan visualisasi dalam otak Adams adalah bagaimana agar foto karyanya bisa memiliki definite departure from reality (tidak seperti yang dilihat mata pada pemandangan aslinya).
Dengan berbagai rancangan yang sangat matang sebelum menjepretkan rana, foto-foto Adams memang hampir tidak memerlukan rekayasa kamar gelap seperti dodging, burning atau mengganti-ganti tingkat kontras kertas.
Rekayasa yang dilakukan Adams memang terjadi tidak di kamar gelap, namun di dalam proses kreatifnya selama bertahun-tahun. Pengalamannya dalam berbagai pendekatan, pemotretan dan pencetakan, membuatnya betul-betul tahu kapan bisa menjepretkan rana untuk menghasilkan negatif prima.
"Pendekatan fotografi saya membutuhkan keseriusan dan juga tekad untuk memahami teori dasar fotografi sedalam-dalamnya. Memang ini membutuhkan waktu yang lama, namun saya rasa hanya cara ini yang bisa dilakukan," demikian Adams tentang pengalamannya.
Secara tegas Adams mengatakan bahwa teori dasar fotografi harus dipahami fotografer manapun untuk bisa maju dan mampu mendapatkan gaya khas. Tanpa memahami teori dasar fotografi, seorang fotografer tidak akan pernah tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi.
Namun seperti telah disinggung di atas, Adams memang tidak mendasarkan kemampuannya semata dari teori. Ia menambahkan pengalaman empiris yang mungkin tidak dimiliki orang lain. Pengalaman empiris hasil penelitian Adams yang paling menonjol adalah pemahamannya yang sangat dalam pada kemampuan kertas foto "menampung" gradasi yang ada di alam nyata. Juga sistem zona.
Dalam penelitian Adams, kontras yang terjadi di alam antara keadaan sangat terang dan sangat gelap berbanding antara 1600 banding 1. Artinya, bagian paling terang di alam 1600 kali lebih cerah daripada bagian tergelap.
Sedangkan kertas foto cuma mampu menampung perbandingan kecerahan 1 : 50. Daya tarik utama foto-foto Adams terjadi karena ia mampu menerjemahkan perbedaan perbandingan itu dengan baik, antara lain dengan bantuan sistem zonanya.
Secara urut, beginilah tahap-tahap yang dilakukan Ansel Adams dalam menghasilkan sebuah karya foto.

1. Perhatikan "daerah" yang akan dipotret, dan batasi dengan baik. Kenali baik-baik daerah itu, cari bagian mana yang paling gelap. Jangan mudah terkecoh. Secara sekilas kita akan mengira bahwa kain hitam adalah bagian tergelap pada sebuah foto.
Kenyataannya, kain hitam kalau dipotret dan lalu dicetak dengan benar, hanya akan menghasilkan abu-abu tua. Dari pengalaman, bayangan biasanya merupakan bagian tergelap dari sebuah foto. Benda-benda lain yang berwarna hitam sebenarnya hanya abu-abu dalam fotonya nanti. Pengalaman akan mengajari kita memahami hal ini.
Kalau kita ingin sedikit mendapatkan kepastian tentang benda yang akan tampak hitam dalam foto, ambillah sebuah kartu pos lalu letakkan di atas lampu minyak sehingga ia menjadi hitam tertutup jelaga. Hitamnya jelaga nyaris merupakan hitam mutlak dalam foto hitam putih.

2. Sekarang perhatikan bagian paling terang pada daerah yang akan kita potret. Sama halnya seperti saat mencari bagian paling gelap, kita harus waspada agar tidak terkecoh. Kertas putih sering justru menghasilkan abu-abu muda pada foto.
Kilatan logam yang memantulkan sinar matahari bisa dikatakan akan menghasilkan warna putih total pada foto.

3. Setelah mendapatkan dua bagian ekstrem pada daerah yang akan kita potret, pikirkan bagaimana "meringkas" jarak kedua kecerahan ekstrem itu ke dalam negatif film. dan juga ke kertas fotonya nanti.
Usahakan bijaksana memahami hal itu. Sebuah sendok yang mengkilat akan menjadi bagian terputih pada foto kita, namun misalnya sendok itu tidak jadi ikut dipotret, sebuah taplak putih di bawah sendok haruslah menjadi bagian terputih dari foto kita nanti.
Pemahaman keadaan relatif ini perlu sebab foto hitam putih memang menerjemahkan apa yang ada di alam semata ke dalam nuansa hitam putih. Selain itu, Adams memang mengatakan bahwa pada foto hitam putih, walau memotret keadaan nyata, haruslah tampak tidak seperti mata melihat. Harus ada nilai tambah secara visual, terutama karena foto itu menyandang predikat sebagai sebuah karya.

4. Setelah mendapatkan "kunci" kedua keadaan ekstrem, kita telusuri gradasi tengahnya. Sebaiknya pemotret membekali dirinya dengan grey card (kartu abu-abu 18 persen yang biasanya dijadikan tolok ukur pencahayaan).
Bandingkan bagian paling terang dan bagian tergelap dengan gray card tadi. Dengan membuat perbandingan secara visual tadi, efek subjektif sudah terjadi di benak fotografer.
Selain itu, pemotret juga harus sudah paham perbandingan "nada" antarwarna. Bagaimana bila warna merah diletakkan di atas dasar hijau atau biru, demikian pula sebaliknya. Ada efek visual yang terjadi di mata antara merah di atas dasar biru atau merah di atas dasar hijau, walau dalam kenyataannya warna itu tidak berubah.
Pemahaman berbagai gradasi nada itulah yang membuat Adams sulit ditandingi siapapun, terutama untuk foto hitam putih.
Ansel Adams pertama kali mengenal fotografi pada usia 14 tahun di tahun 1916. Ia begitu terpesona pada keindahan taman nasional AS, Yosemite Valley di California. Ia banyak memotret di sana dengan kamera Kodak Brownie. Sampai beberapa tahun kemudian pun, foto-foto terbaik Ansel dibuat di Yosemite Valley.
Setelah itu, Ansel belajar teori fotografi secara sangat serius sampai menguasai segala tetek-bengek kamar gelap. Pada tahun 1930 ia telah menjadi salah seorang fotografer AS terkemuka dan melakukan pameran tunggal di Alfred Stieglitz's Gallery dengan judul, "An American Place".
Fotografer yang sangat mempengaruhi Ansel Adams adalah Paul Strand. Selain itu ia juga pernah bekerja sama dengan fotografer lain, Edward Weston, dalam waktu lama. Weston inilah yang mengenalkan proses cetak yang sangat teliti pada Adams.
Dua foto Ansel Adams yang paling terkenal adalah Banner Peak buatan tahun 1923 dan The Half Dome buatan tahun 1926. Kedua foto ini menampilkan kehalusan detil yang luar biasa, yang didapat dari proses kamar gelap yang sangat akurat. (ARBAIN RAMBEY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar