KESEDERHANAAN DALAM HITAM PUTIH

Warna secara psikologis punya pengaruh terhadap rasa. Warna-warna tertentu menjadi simbol dari sesuatu. Merah misalnya melambangkan keberanian, hitam melambangkan kemurungan, putih melambangkan kesucian. Warna-warna terang melambangkan keceriaan. Warna hitam putih adalah warna yang menunjukkan kesederhanaan.

Dalam dunia fotografi, warna merupakan salah satu elemen penting dalam membuat suatu karya foto. Menatap karya foto hitam putih, kadang menimbulkan kesan yang lain. Kadang timbul eksotis, mistis, religis dan menunjukkan pernyataan yang lebih bermakna mendalam. Pernyataan Ansel Adam seniman fotografi abad ini "Forget what it looks like. How does is feel?" Menjadi tak berlebihan dalam kontek ini.

Kesederhanaan sebuah kata yang mudah sekali diucapkan tapi sulit untuk dilaksanakan. Dalam kondisi bangsa yang mempunyai utang ribuan trilyun, kesederhanaan menjadi kata kunci yang semestinya dilakukan mulai dari pejabat kelurahan sampai pejabat paling tinggi beserta wakil-wakil rakyatnya. Mereka semestinya bisa menjadi panutan masyarakat.

Apakah mereka bisa menjadi panutan dalam hal kesederhanaan ?....................................................

Justru dalam kehidupan petani, nelayan, buruh, orang yang terpinggirkan kadang kita malah bisa menemukan contoh kesederhanaan.

Bisakah kita berkesederhanaan? .............................

Kamis, 19 Mei 2011

MENYELINAP KE PENJARA MENGABADIKAN KEMATIAN

FOTOMEDIA. No. 1, 1994. Eduardo A. Wibowo

Jumat 13 Januari 1928, masyarakat Amerika Serikat, terutama warga kota New York dicengangkan oleh tabloid Daily News. Hari itu, pada kulit muka tabloid ini terpampang tulisan besar dan pendek "Dead!" di atas sebuah gambar seorang wanita yang tengah menghadapi ajal di kursi listrik hukuman mati.
Berita tentang hukuman mati adalah hal yang biasa. Daily News menjadi istimewa bukan karena berita hukuman mati melainkan karena memuat foto sebuah pelaksanaan hukuman mati.
Sebelumnya tidak pernah ada media massa yang memuat foto eksekusi hukuman mati. Karena memang umumnya pelaksanaan hukuman mati tidak boleh difoto. Bagaimana foto eksekusi itu bisa sampai ke tangan Daily News?
Ada cerita menarik di balik pemuatan foto itu. Dan ini merupakan salah satu peristiwa sejarah foto jurnalistik yang perlu kita simak.
Daily News yang didirikan tahun 1919 semula bernama Ilustrated Daily News. Tabloid ini banyak diminati pembaca karena beritanya yang sensasional terutama yang menyangkut masalah kriminalitas dan seks. Bahkan pada tahun 1924 Daily News menjadi surat kabar paling luas peredarannya di Amerika Serikat. Seperti tabloid pada umumnya, Daily News sanantiasa menampilkan gambar yang hampir memenuhi halaman muka.
Pada akhir tahun 1927 New York dihangatkan berita tentang Ruth Snyder yang dituduh telah menghabisi nyawa suaminya sendiri. Motif cinta segi tiga menghadapkan Ruth Snyder ke pangadilan yang menjatuhkan vonis hukuman mati dengan kursi listrik. Eksekusi hukuman mati tersebut akan dilaksanakan di penjara Sing Sing, New York.
Redaksi Daily News memutuskan untuk memuat foto eksekusi hukuman mati itu. Tapi ternyata untuk mewujudkan rencana pemuatan foto eksekusi ini tidak mudah. Meskipun tidak ada peraturan yang melarang, tapi tradisi penjara dan petugas penjara tidak akan membiarkan orang mengabadikan eksekusi hukuman mati. Wartawan tulis mendapat undangan untuk meliput eksekusi, tapi wartawan foto tidak pernah bisa memasuki ruang eksekusi.
Berarti untuk bisa mendapatkan gambar eksekusi, sang wartawan harus menyelundupkan kamera ke penjara. Pemotretan eksekusi harus dilakukan tanpa sepengetahuan petugas penjara.
Maka disiapkanlah sebuah kamera rahasia. Kamera ini cukup kecil hingga bisa dikaitkan pada mata kaki pemotret. Untuk membuka rana digunakan seutas kabel release panjang yang menghubungkan kamera dengan saku.
Pemotretan tidak menggunakan film tapi dengan sekeping pelat kaca seukuran kotak korek api. Dituntut kepiawaian sang pemotret untuk bisa memotret satu kali dan berhasil. Karena demi kerahasiaan tidak ada kesempatan mengganti pelat kaca lagi.
Karena wajah wartawan foto Daily News sudah dikenal oleh polisi New York, tidak mungkin bisa memasuki ruang eksekusi. Maka didatangkan Tom Howard dari Chicago Tribune untuk mengemban tugas ini. Howard datang ke New York satu bulan sebelum pelaksanaan eksekusi.
Waktu satu bulan itu digunakan untuk belajar membidikkan kamera rahasia. Selain belajar mengoperasikan kamera Howard juga mempelajari blueprint ruang eksekusi yang diberikan editor Daily News kepadanya. Ini perlu untuk menentukan beberapa kemungkinan posisi berdiri Howard dalam melaksanakan pemotretan.
Selain itu juga diperlukan untuk memperkirakan jarak fokus yang harus digunakan untuk melaksanakan pemotretan. Jarak fokus kamera harus sudah ditentukan sebelum Howard berangkat ke penjara. Karena ia tidak mungkin melakukan pemfokusan di ruang eksekusi.
Pada malam pelaksanaan eksekusi dengan menyamar sebagai wartawan tulis, Howard berjalan santai menuju ruang kursi listrik di penjara Sing Sing. Tentu saja semua peralatan sudah ia persiapkan.
Pukul 23.06 ketika tubuh Ruth Snyder yang terikat di kursi eksekusi dialiri listrik 2.200 volt. Howard sedikit menarik ke atas celana sebelah kiri, dan dengan tangan yang tersimpan di dalam saku ia membuka rana untuk merekam peristiwa di hadapannya. Eksekusi usai, Howard pun segera ke kantor Daily News.
Ketika dicetak, gambar yang terekam tampak agak kabur. Ini disebabkan Howard membuka rana selama tiga kali dalam total waktu lebih kurang lima detik. Multi exposure ini dilakukan untuk merekam ekspresi Ruth Snyder setiap kali listrik tegangan tinggi menyengatnya.
Sebelum dijadikan gambar kulit muka, hasil bidikan Howard perlu di-croping. Karena pada gambar yang utuh tampak juga kaki-kaki para penonton lainnya. Ini terjadi karena Howard membidik objek dengan kakinya, tentu saja hanya berdasarkan kira-kira.
Setelah dilakukan croping maka terbitlah Daily News 13 Januari 1928 salah satu peristiwa sejarah foto jurnalistik.
Bahan bacaan:
1. Photojournalism, Life Library of Photography, 1976
2. Popular Photography, Maret 1976
3. Popular Photography, Januari 1961

Tidak ada komentar:

Posting Komentar